Lebih dari 8.500 personil polisi hari Selasa (12/5) diterjunkan di seluruh Korea Selatan untuk mengidentifikasi siapa saja yang pernah mengunjungi klub-klub malam di Itaewon, Seoul, klaster perebakan virus corona terbaru saat ini. Klaster di Itaewon ini disebut-sebut sebagai gelombang kedua perebakan virus mematikan itu, setelah klaster pertama yang terjadi di komunitas keagamaan di Daegu, akhir Februari lalu. Ironisnya gelombang kedua ini terjadi hanya satu minggu setelah pemerintah Korea Selatan melonggarkan kebijakan karantina wilayah dan tinggal di rumah yang diberlakukan ketat sejak bulan Maret.
Dihubungi melalui telpon Selasa pagi (12/5), Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi mengakui otorita berwenang juga tidak mengira akan terjadinya klaster baru di Itaewon ini.
“Pertengahan Maret lalu sebenarnya praktis sudah terkendali karena jumlah kasus yang bertambah setiap hari sudah lebih sedikit dari pertambahan jumlah pasien yang sembuh. Bahkan pernah dalam tiga minggu di bulan April lalu jumlah pasien baru hanya 30 orang per hari. Local transmission atau penularan di antara sesama warga sudah nol. Yang 30 orang per hari itu rata-rata terjadi karena penularan dari orang Korea Selatan yang pulang dari luar negeri, dari Amerika, Eropa dan lain-lainnya; setelah diperiksa di bandara ternyata positif Covid-19. Jadi awalnya yang dikhawatirkan berpotensi menjadi gelombang kedua adalah masuknya warga Korea Selatan dari luar negara ini. Namun ternyata pada 8 Mei lalu pemerintah Korea Selatan mengumumkan adanya penularan baru di antara sesama warga, satu klaster baru, yang diduga berpotensi menjadi sumber perebakan gelombang kedua,” ungkapnya.
Sudah 101 Orang Positif Corona di Itaewon
Hingga hari Selasa (12/5) jumlah kasus Covid-19 yang diketahui akibat penularan di klub-klub malam di Itaewon itu sudah bertambah menjadi 101 orang. Penularan baru ini diketahui setelah hasil tes medis seorang laki-laki berusia 29 tahun pada 6 Mei lalu menunjukkan ia positif corona. Ia diketahui sempat mendatangi tiga klub malam berbeda antara tanggal 1-2 Mei. Segera setelah mengetahui hasil tes ini, pada 9 Mei otorita berwenang memerintahkan penutupan lebih dari 2.000 klub malam dan bar di Itaewon untuk mencegah meluasnya perebakan baru.
Hasil pelacakan cepat lewat data telpon seluler dan pesan teks menunjukkan bahwa lebih dari 11.000 orang telah mengunjungi Itaewon, suatu daerah yang letaknya dekat dengan sebuah pangkalan militer Amerika. Sementara transaksi data dari 22 perusahaan kartu kredit menunjukkan ada 500 orang di Itaewon selama awal Mei lalu. Menurut otorita berwenang di Seoul, sebagaimana dikutip Associated Press, sekitar 7.000 orang yang terkait klaster di Itaewon ini telah diuji dan hasilnya negatif. Tetapi polisi masih melacak 2.200 orang lain. Walikota Seoul Park Won-soon memperingatkan situasi darurat ini lewat pernyataan singkat hari Senin (11/5) bahwa “if Seoul falls, the country falls,” atau kurang lebih berarti jika perebakan di Seoul meluas, perebakan luas juga akan terjadi di Korea Selatan.
Korea Selatan Hindari Pemberlakuan Lockdown
Korea Selatan adalah satu dari sejumlah negara yang tidak memberlakukan perintah lockdown atau penutupan wilayah dan penghentian seluruh kegiatan ekonomi, sebagaimana yang dilakukan di Amerika dan Indonesia.
Korea Selatan lebih memilih memberlakukan kebijakan “karantina harian” - demikian sebutan yang digunakan – dengan mengajak warga menyadari dampak perebakan virus corona dan menjaga jarak. Meskipun demikian seluruh sekolah dan fasilitas umum seperti pasar dan tempat ibadah ditutup. Hanya pekerja esensial yang boleh masuk kantor seperti biasa. Tetapi jika ada yang melanggar kebijakan ini tidak dikenai denda atau sanksi hukuman lain.
Pada awal Mei lalu otorita berwenang melonggarkan hal ini dengan mengijinkan dibukanya kembali sejumlah fasilitas umum, termasuk klub-klub malam. Di luar dugaan hal ini justru memicu gelombang kedua perebakan virus corona.
Fauci Kembali Ingatkan Potensi Terjadinya Gelombang Kedua
Kekhawatiran akan terjadinya gelombang kedua ini juga membayangi warga Amerika ketika sejumlah negara bagian mulai mengaktifkan kembali kegiatan ekonominya minggu ini. Pakar penyakit menular di Amerika Dr. Anthony Fauci sudah berulangkali memperingatkan potensi terjadinya gelombang kedua perebakan, dalam sidang dengan Komite Urusan Kesehatan, Tenaga Kerja dan Pensiun Senat Amerika yang dilakukan secara virtual hari Selasa ini (12/5), ia kembali menggarisbawahi “konsekuensi yang sangat serius” akan hal itu.
“Tidak ada keraguan, dalam kondisi terbaik sekali pun, ketika kita melonggarkan upaya mitigasi, maka akan muncul sejumlah kasus. Dan jika kita terburu-buru memulai kembali kegiatan ekonomi tanpa mengikuti pedoman yang ada, saya khawatir kita akan mulai melihat terjadinya lonjakan kecil yang kemudian akan menjadi wabah. Konsekuensinya akan sangat serius,” ujar Fauci.
Hingga Selasa, 287.000 Orang Meninggal akibat Corona
Hingga laporan ini disampaikan hampir 4,2 juta orang di seluruh dunia telah terjangkit virus corona, termasuk 287.000 orang yang meninggal dunia. Dari jumlah itu hampir 1,4 juta orang yang terjangkit itu terdapat di Amerika, termasuk lebih dari 81.000 yang meninggal dunia. Sementara di Korea Selatan, hampir 11.000 orang tertular dan 258 orang meninggal dunia.
Pemerintah Korea Selatan kini bergerak cepat melacak setiap orang yang berada di Itaewon pada awal Mei lalu dan melakukan uji medis terhadap mereka, tetapi memastikan tetap tidak akan memberlakukan lockdown.
KBRI di Seoul mengatakan telah mengeluarkan pengumuman dan peringatan kepada seluruh warga negara Indonesia (WNI) untuk waspada mengantisipasi dampak gelombang kedua perebakan virus corona di negara itu dengan mematuhi pedoman baru yang telah dikeluarkan minggu ini.
“Sejak minggu lalu kami sudah terus memaksimalkan komunikasi dengan simpul-simpul WNI di sini, memastikan bahwa mereka betul-betul menjalankan 'daily life quarantine guidelines' atau 'pedoman karantina dalam kehidupan sehari-hari.' Mulai dari kehidupan pribadi seperti cuci tangan, jaga jarak, hindari keramaian dan sebagainya; hingga pedoman bagaimana di kantor, bagaimana di tempat usaha, bagaimana di tempat ibadah. Runut dan rinci sekali,” ujar Umar Hadi.
Pedoman yang dikeluarkan otorita kesehatan Korea Selatan itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dikirim kepada seluruh kelompok masyarakat Indonesia dan dipasang di akun media sosial yang dikelola KBRI di Seoul. [em/lt]