Setelah penyebaran virus corona berkurang secara drastis, Korea Selatan mengadakan salah satu pemilihan besar pertama di dunia selama pandemi. Wartawan VOA, Bill Gallo di Seoul melaporkan bagaimana Korea Selatan melindungi pemilih sekaligus menyelenggarakan pesta demokrasi itu sambil menjaga jarak antar individu.
Di luar tempat pemungutan suara (TPS) di Seoul, pemeriksaan suhu badan wajib dilakukan. Perhentian berikutnya bagi warga yang memilih adalah menggunakan sanistasi tangan gratis dan sarung tangan plastik.
Di dalam TPS, para pemilih terpisah sejauh satu meter dengan garis yang ditandai khusus di lantai. Itulah beberapa cara Korea Selatan untuk memastikan pemilih tidak saling menyebarkan virus corona.
Jang Je-yeon salah seorang pemilih yang mengemukakan, “Seoul saat ini aman. Saya rasa di sini juga aman.”
“Saya agak khawatir dengan infeksi, tapi sejumlah TPS disterilkan dengan baik. Sarung tangan dibagikan dan tiap orang menjaga jarak. Saya tidak terlalu khawatir terjangkit virus di sini,” kata pemilih lainnya.
Pemilu itu sebagian besar dapat diselenggarakan karena sejauh ini Korea Selatan berhasil membendung wabah virus itu. Jumlah infeksi baru berkurang menjadi sekitar 30 kasus per hari. Keberhasilan itu menyebabkan naiknya dukungan bagi Presiden Moon Jae-in.
Tidak semuanya sempurna. Banyak warga Korea Selatan yang berada di luar negeri tidak dapat mencoblos, karena pemberlakuan karantina wilayah di negara lain.
Shin Beom-chul, kandidat parlemen Korea Selatan dari United Future Party menyatakan, “Saya akui kampanye pemilihan mungkin tidak ideal. Tetapi kondisinya sama untuk setiap pemilih.”
Kampanye dalam pemilu kali ini juga terlihat berbeda. Alih-alih berkumpul dalam reli besar-besaran, kandidat berkampanye dengan membersihkan tempat-tempat umum di lingkungan sekitarnya.
“Partai saya ingin kami berkampanye tanpa banyak kontak fisik. Jadi, saya bersihkan jalan-jalan dan membersihkan dengan disinfektan tempat-tempat publik. kegiatan seperti itu menjadi kampanye utama saya sekarang,” ujar kandidat lainnya.
Menjelang sore, Korea Selatan melaporkan peserta pemilih dalam jumlah tertinggi selama hampir dua dekade. Hal itu menjadi contoh bagi negara-negara lain yang berupaya melestarikan demokrasi dan kesehatan masyarakat dalam beberapa bulan mendatang. [mg/jm]