Meskipun mengisyaratkan kesediaannya untuk melepaskan senjata nuklirnya, Korea Utara terus mengayunkan senjata terkenal lainnya, yaitu senjata cyber atau dunia maya.
Di bawah sanksi ekonomi yang melumpuhkan karena program senjata nuklirnya, pemerintah Korea Utara yang kekurangan uang telah bertahun-tahun melakukan serangan cyber atas bank-bank dan lembaga lain sebagai sumber pendapatan.
Gangguan itu terus berlanjut, terutama di Asia dan Amerika Latin, bahkan ketika pejabat Korea Utara membahas pertemuan denuklirisasi antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menurut sebuah perusahaan keamanan dunia maya AS yang memberi nasihat kepada perusahaan dan organisasi pemerintah yang diserang oleh peretas.
CEO dari perusahaan keamanan terkemuka Fortalice Solutions, Theresa Payton, yang menjadi kepala bagian informasi Gedung Putih di bawah Presiden George W. Bush, mengatakan, Korea Utara tidak hanya mengejar uang.
Di antara peretas Korea Utara yang dilacak oleh perusahaan cybersecurity FireEye adalah kelompok yang dikenal sebagai Lazarus, yang bertanggung jawab atas perampokan 81 juta dollar milik Bank Sentral Bangladesh lewat dunia maya pada tahun 2016. [ps/ii]