Korea Selatan mengizinkan satu delegasi biarawan Budha untuk ambil bagian dalam upacara keagamaan di Korea Utara, ini merupakan perjalanan pertama para biarawan sejak Seoul menuduh Pyongyang menenggelamkan salah satu kapal perangnya tahun lalu.
Delegasi beranggota 37 orang itu akan bertolak hari Sabtu, dalam lawatan lima hari ke Korea Utara, di mana kelompok tersebut akan berpartisipasi dalam upacara di sebuah kuil di Korea Utara, untuk memperingati 1.000 tahun dibuatnya pusaka peninggalan Budha yang dihormati di kedua negara.
Kementerian unifikasi Korea Selatan, yang mengawasi seluruh kontak lintas-batas, menyatakan, perjalanan itu diizinkan karena tujuannya yang murni bersifat keagamaan.
Korea Selatan membatasi perjalanan ke Korea Utara sejak Maret 2010, ketika negara itu menuding Utara yang komunis melakukan serangan torpedo ke sebuah kapal angkatan lautnya, yang menewaskan 56 pelaut Korea Selatan. Seoul menuntut permintaan maaf, tetapi Pyongyang menolak bertanggungjawab atas tenggelamnya kapal tersebut, seraya menyatakan militer Korea Selatan memicu serangan artileri tersebut.
Berita ini muncul beberapa hari setelah Korea Selatan mengangkat menteri unifikasi yang baru, sebagai bagian dari perombakan kabinet.
Yu Woo-ik hari Rabu mengatakan ia akan mengupayakan cara-cara gar bersikap fleksibel sewaktu menghadapi Pyongyang. Ia mengatakan akan mempertahankan kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini, tetapi ia akan mencari cara-cara untuk mencapai perkembangan berarti dalam hubungan dengan Korea Utara.