Korea Selatan telah menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford bagi orang dewasa, meskipun ada kekhawatiran kurangnya data mengenai efektivitas vaksin itu bagi orang lansia.
Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-Obatan mengizinkan penggunaan darurat vaksin itu, Rabu (10/2), namun dengan syarat bahwa pembuat vaksin dari Inggris-Swedia itu menyediakan hasil uji klinis tahap akhir yang sedang dilakukan bagi orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Kementerian itu juga mengeluarkan peringatan tentang penyuntikan vaksin bagi warga Korea Selatan berusia 65 tahun ke atas.
Penyuntikan vaksin AstraZeneca, vaksin pertama yang disetujui penggunaannya di Korea Selatan, akan mulai dilakukan pada tanggal 26 Februari.
Beberapa negara Eropa, termasuk Jerman dan Perancis, telah membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca kepada orang berusia antara 18 hingga 64 tahun karena kurangnya data mengenai lansia penerima vaksin.
Keraguan lebih lanjut mengenai vaksin AstraZeneca muncul, Minggu (7/2) ketika Afrika Selatan menangguhkan kampanye vaksin itu setelah sebuah studi baru mengungkapkan bahwa vaksin itu kurang efektif terhadap varian virus yang ditemukan di negara itu.
Studi yang dilakukan oleh Universitas Witwatersrand di Johannesburg dan belum melalui penelaahan sejawat itu menyimpulkan bahwa vaksin Inggris itu hanya menawarkan “perlindungan terbatas terhadap penyakit dengan gejala sedang, yang disebabkan varian Afrika Selatan, bagi dewasa muda.”
Sementara itu, Badan Urusan Pangan dan Obat-Obatan Amerika telah menyetujui penggunaan darurat obat terapeutik yang dikembangkan perusahaan farmasi Eli Lilly. Obat yang merupakan kombinasi obat antibodi monoklonal etesevimab dengan obat bamlanivimab yang sudah disetujui, akan digunakan bagi pasien virus corona yang berisiko tinggi dirawat inap dengan gejala penyakit parah.
Antibodi monoklonal adalah versi antibodi manusia yang direkayasa di laboratorium yang dipilih karena kemampuan spesifiknya untuk menetralkan virus. [lj/uh]