Tautan-tautan Akses

Korsel Sebut Rusia Beri Korut Rudal Anti-Pesawat Sebagai Imbalan Pasukan


Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang memberi kata sambutan dalam upacara pembukaan pameran pertahanan di Pyongyang, Korea Utara, Kamis, 21 November 2024. (Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang memberi kata sambutan dalam upacara pembukaan pameran pertahanan di Pyongyang, Korea Utara, Kamis, 21 November 2024. (Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Amerika Serikat dan Korea Selatan menuduh Korea Utara, yang mempunyai senjata nuklir, mengirim lebih dari 10.000 tentara untuk membantu Rusia melawan Ukraina.

Penasihat keamanan Utama Korea Selatan mengatakan, Jumat (22/11), bahwa Rusia memberikan rudal anti-pesawat kepada Korea Utara sebagai imbalan atas pengerahan pasukan untuk mendukung perang Moskow di Ukraina.

Amerika Serikat dan Korea Selatan menuduh Korea Utara, yang mempunyai senjata nuklir, mengirim lebih dari 10.000 tentara untuk membantu Rusia melawan Ukraina. Tak hanya itu, para ahli mengatakan Kim Jong Un sangat ingin mendapatkan teknologi canggih, dan pengalaman bertempur untuk pasukannya, sebagai imbalannya.

Ketika ditanya peralatan militer apa saja yang Seoul yakini telah diterima Pyongyang untuk pasukannya, penasihat keamanan utama Shin Won-sik mengatakan: "Telah diidentifikasi bahwa peralatan dan rudal anti-pesawat yang bertujuan untuk memperkuat sistem pertahanan udara Pyongyang yang rentan telah dikirim ke Korea Utara."

Berbicara kepada stasiun televisi lokal SBS, Shin menambahkan bahwa Korea Utara telah menerima "berbagai bentuk dukungan ekonomi" dan "setelah kegagalan (peluncuran) pada 27 Mei, Korea Utara telah mengerjakan teknologi yang berhubungan dengan satelit."

Para ahli sebelumnya mengatakan bahwa sebagai imbalan atas pasukan tersebut, Korea Utara kemungkinan besar bermaksud memperoleh teknologi militer, mulai dari satelit pengawasan hingga kapal selam, dan kemungkinan jaminan keamanan dari Moskow.

Pemimpin Korea Utara Kim dan Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perjanjian kemitraan strategis pada Juni, selama kunjungan pemimpin Kremlin.

Perjanjian tersebut mewajibkan kedua negara untuk memberikan bantuan militer "tanpa penundaan" jika terjadi serangan terhadap negara lain dan untuk bekerja sama secara internasional untuk menentang sanksi Barat.

Putin memuji kesepakatan itu sebagai “dokumen terobosan.”

Para ahli mengatakan Pyongyang mungkin menggunakan Ukraina sebagai alat untuk menyelaraskan kembali kebijakan luar negerinya.

Menurut para analis, dengan mengirimkan tentara, Korea Utara memposisikan dirinya dalam ekonomi perang Rusia sebagai pemasok senjata, dukungan militer, dan tenaga kerja – yang berpotensi melampaui sekutu tradisional, tetangga, dan mitra dagang utamanya, China.

Para analis menambahkan Rusia juga dapat memberi Korea Utara akses terhadap sumber daya alamnya yang melimpah, seperti minyak dan gas.

Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui baru-baru ini mengunjungi Moskow dan mengatakan negaranya akan “mendukung rekan-rekan Rusia kami sampai hari kemenangan.”

Dia menyebut serangan Moskow terhadap Ukraina sebagai “perjuangan suci” dan mengatakan Pyongyang percaya pada “kepemimpinan bijaksana” Putin. [ft/rs]

Recommended

XS
SM
MD
LG