Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan Korea Utara telah menggunakan serangan dunia maya untuk mencuri ratusan juta dolar guna mendanai program nuklir dan kemampuan rudal balistiknya.
Laporan PBB yang bocor itu mengatakan Korea Utara berhasil meningkatkan program nuklir dan rudalnya pada tahun 2020 meskipun sedang dikenai sanksi internasional.
Laporan ini menyoroti rudal balistik baru yang belum lama ini dipamerkan dalam parade dan menurut laporan itu bisa cukup besar untuk membawa hulu ledak nuklir dan membuat seluruh bagian Amerika dalam jangkauan sasaran. Pyongyang pada bulan Januari membual bisa mengembangkan apa yang diklaimnya sebagai 'senjata paling kuat di dunia' yaitu rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam.
Laporan itu mengatakan Korea Utara mendanai ekspansi militer dengan 300 juta dolar yang dicuri melalui peretasan dunia maya dan penipuan online.
“Program nuklir adalah satu-satunya strategi bertahan hidup bagi Korea Utara, terutama untuk keluarga Kim (dan) kelangsungan hidup rezim ini. Belakangan ini karena situasi COVID-19, keadaan ekonomi mereka semakin parah. Terutama dengan pemerintahan baru di Amerika, Presiden baru Biden, Korea Utara tidak punya cara lain untuk berbicara atau berunding dengan Amerika," kata Sojin Lim, analis Korea pada Universitas Central Lancashire.
Laporan itu ditulis oleh pemantau independen untuk komite sanksi Korea Utara Dewan Keamanan PBB dan bocor ke kantor berita Reuters, Selasa (9/2).
Korea Utara dikenai berbagai sanksi multilateral dan sepihak. Tapi sanksi-sanksi itu tidak berhasil, kata Lim.
“Korea Utara telah berhasil menemukan cara baru untuk menggalang dana, dan serangan dunia maya dengan jumlah uang ini, membuat saya semakin yakin bahwa sanksi tersebut tidak berhasil dan sekarang kita benar-benar perlu menemukan kerangka (kerja) baru untuk mendekati Korea Utara," imbuhnya.
Dalam dekade terakhir, Korea Utara telah melakukan serangkaian uji coba rudal dan nuklir dengan ukuran yang semakin besar.
Mantan Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tiga kali pada 2018 dan 2019, tetapi perundingan tersebut gagal membujuk Pyongyang untuk menyerahkan senjata nuklirnya.
Pemerintahan baru Presiden Joe Biden sedang mengupayakan pendekatan baru. Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional AS mengatakan, "Peninjauan itu sedang berlangsung dan kita akan berkonsultasi erat dengan sekutu kita, terutama ROK (Republik Korea) dan Jepang dalam melakukan itu."
Terlepas dari janji AS untuk pendekatan baru terhadap Pyongyang, sebagian besar ahli melihat tidak banyak harapan kemajuan ke arah denuklirisasi semenanjung Korea dalam waktu dekat. [my/ka]