Sebuah laporan rahasia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan Korea Utara telah menggunakan serangan siber untuk mencuri ratusan juta dolar guna mendanai program nuklir dan kemampuan rudal balistiknya, yang melanggar hukum internasional.
Laporan, yang bocor ke media pada Selasa (9/2), mengatakan Korea Utara berhasil meningkatkan program nuklir dan misilnya pada 2020, meskipun dikenai banyak sanksi internasional.
Salah satu negara anggota PBB yang tidak disebutkan namanya, yang dikutip dalam laporan tersebut, mengatakan Korea Utara mendanai ekspansi militernya dengan lebih dari $300 juta yang dicuri melalui peretasan dunia maya dan penipuan yang dilakukan online.
Laporan tersebut menyoroti rudal balistik baru yang telah dipamerkan dalam parade militer baru-baru ini, yang menurut laporan itu cukup besar untuk membawa hulu ledak nuklir dan berpotensi menempatkan seluruh Amerika Serikat dalam jangkauan.
Pyongyang pada Januari berkoar-koar telah mengembangkan apa yang diklaimnya sebagai “senjata paling kuat di dunia” – rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam. Senjata tersebut belum diuji, dan kemampuannya masih belum diketahui.
Unjuk kekuatan militer itu sebagian merupakan tanggapan atas perubahan pemerintahan di Washington, kata Sojin Lim, seorang analis Korea di Universitas Central Lancashire Inggris.
Terlepas dari janji Amerika melakukan pendekatan baru terhadap Pyongyang, sebagian besar pakar tidak berharap banyak akan terjadinya kemajuan menuju denuklirisasi di Semenanjung Korea dalam waktu dekat. [lt/em]