Para menteri luar negeri dari negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (The Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) merampungkan konferensi tingkat tinggi (KTT) tahunan mereka pada Sabtu (6/8) dengan menyerukan perdamaian di Laut Cina Selatan, memperingatkan junta Myanmar dan merencanakan pemulihan ekonomi yang terpuruk akibat COVID-19.
Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn yang menjadi tuan rumah KTT tahun ini, menyebut sesi-sesi dalam pertemuan sepekan itu berlangsung secara terang-terangan, terbuka, hidup dan panas.
“Ini adalah waktu yang penting yang penuh dengan ketidakpastian bagi kawasan dan dunia," katanya kepada para wartawan dalam konferensi pers pada Sabtu (6/8) pagi, ketika ia mengatakan, "Tidak mudah ... bahkan Superman tidak bisa memecahkan masalah Myanmar."
Namun, para anggota ASEAN berhasil mengatasi sebagian perbedaan mereka dan, didukung oleh sebagian besar mitra dialog termasuk AS, Jepang dan Australia, mengeluarkan komunike 29 halaman yang mencakup beragam isu terkait kediktatoran Myanmar.
Dikatakannya, perkembangan terbaru di negara yang sedang dilanda konflik itu, termasuk eksekusi empat aktivis oposisi sebelum KTT dimulai dan ketidakmampuan militer mencapai kemajuan dalam rencana perdamaian lima poin, dibahas dengan ekstensif.
"Kami sangat kecewa dengan minimnya kemajuan dan kurangnya komitmen otoritas Naypyidaw untuk menuntaskan implementasi dari Konsensus Lima Poin secara tepat waktu," kata komunike itu, menambahkan bahwa "langkah berikutnya" sedang dipertimbangkan. [vm/ft]
Forum