Tautan-tautan Akses

La Scala Memulai Debut Konduktor Opera Perempuan Pertama Italia


Konduktor Italia Speranza Scappucci tampil saat gladi bersih sehari sebelum Opera Ball tradisional di Wina, Austria, 22 Februari 2017. (REUTERS/Leonhard Foeger)
Konduktor Italia Speranza Scappucci tampil saat gladi bersih sehari sebelum Opera Ball tradisional di Wina, Austria, 22 Februari 2017. (REUTERS/Leonhard Foeger)

Gedung opera La Scala yang terkenal di dunia telah mencatat sejarah dengan menghadirkan perempuan Italia pertama sebagai konduktor (dirigen) opera. Dia juga menjadi perempuan pertama yang memimpin opera klasik di gedung opera tersebut. Akan tetapi semua itu tidak direncanakan karena dia menggantikan seorang konduktor laki-laki yang terinfeksi COVID-19. Kini gedung opera itu ingin menyertakan perempuan dalam jajarannya.

Untuk pertama kalinya dalam dua setengah abad sejarahnya, seorang perempuan Italia naik ke podium untuk menjadi konduktor (dirigen) opera dari repertoar klasik Italia di La Scala.

Sejak 1778, orkestra pertunjukkan opera itu dipimpin oleh beberapa konduktor laki-laki ternama, termasuk Arturo Toscanini, Leonard Bernstein, Claudio Abbado dan Riccardo Muti.

Pada Selasa, 18 Januari lalu, seorang perempuan Italia memberikan aba-aba dengan tongkat kecil (baton) miliknya untuk kali pertama di hadapan orkestra La Scala. Akan tetapi Speranza Scappucci tidak menyangka menggantikan konduktor laki-laki yang terinfeksi virus corona.

Musisi kelahiran Roma itu menjadi konduktor untuk "I Capuleti e i Montecchi" (The Capulet and the Montagues) karya Vincenzo Bellini, sebuah drama dua babak menampilkan Romeo dan Juliet, yang terinspirasi oleh drama karya William Shakespeare.

Dipentaskan pertama kali tahun 1830, pertunjukkan tersebut dijadwalkan berlangsung selama lima malam hingga 2 Februari 2022.

Speranza Scappucci, dirigen perempuan itu, mengatakan penampilannya merupakan momen penting. “Itu tentu saja momen yang sangat penting bagi saya. Bukan hanya karena saya perempuan Italia pertama, dan ini simbolis dari fakta sejarah yang penting, tetapi bagi artis, musisi, atau konduktor mana pun yang dapat naik ke podium itu berarti sangat penting setelah melakukan semua langkah, magang yang panjang dan berbagai latihan dan ujian lainnya. Mungkin takdir memberi kita tanda dan kita harus memiliki sedikit kegilaan positif untuk menerimanya atau tidak. Namun setelah bertahun-tahun belajar dari pengalaman, pada waktu yang sulit, saya memutuskan dalam setengah jam, bahwa mungkin ini saat yang tepat,” jelasnya.

Polisi Carabinieri Italia berpatroli di luar gedung opera La Scala saat pemutaran perdana Verdi's Macbeth di Milan, Italia, Selasa, 7 Desember 2021. (AP/Antonio Calanni)
Polisi Carabinieri Italia berpatroli di luar gedung opera La Scala saat pemutaran perdana Verdi's Macbeth di Milan, Italia, Selasa, 7 Desember 2021. (AP/Antonio Calanni)

Panggilan telepon atas proposal tak terduga itu datang kurang dari dua minggu sebelum penampilan perdananya untuk menggantikan Evelino Pid, yang dinyatakan positif COVID-19.

“Minggu lalu kami dikabari bahwa maestro Pid positif COVID-19 meskipun tanpa gejala, pria yang malang. Jadi, ia harus karantina di rumah. Tentu saja, kesulitannya adalah menemukan konduktor yang mengetahui opera dan dapat tampil pada hari itu. Kabar tentang Pido itu datang sehari sebelum latihan orkestra dimulai. Saya lalu teringat Speranza Scappucci, yang sangat saya kenal. Kami pernah bekerja bersama di Wien, dia sebagai pianis, kemudian menjadi konduktor,” kata Dominique Meyer, direktur umum La Scala.

Lulusan Julliard School yang bergengsi di New York dan Conservatorio di Santa Cecilia di Roma, Scappucci sudah tampil secara teratur di opera Wina, Zurich, Paris, Barcelona, dan Washington.

Scappucci juga menjadi direktur musik pada Opera Royale, Wallonie di Liège sejak tahun 2017.

Selain menjadi perempuan Italia pertama yang tampil sebagai dirigen orkestra di Scala, penampilannya juga menandai opera klasik di La Scala itu untuk pertama kalimya dipimpin oleh seorang perempuan.

Dua konduktor perempuan lainnya pernah tampil sebelum Scappucci, namun dengan karya kontemporer: Claire Gibault, yang memimpin La station thermale Fabio Vacchi pada tahun 1995, dan Susanna Mälkki, yang tampil untuk debut Kuartet Luca Francesconi pada tahun 2011.

Opera itu dipentaskan dalam versi yang dibawakan oleh semua perempuan. Dua pemeran utama, Romeo dan Juliet, dimainkan oleh penyanyi sopran Lisette Oropesa dan mezosoporan Marianne Crebassa.

Dengan Speranza Scappucci, La Scala ingin menunjukkan bahwa opera tersebut dapat mempercayakan karya musik dan dipimpin oleh perempuan, yang secara historis absen dalam peran ini.

Tahun lalu, untuk pentas "Carnival of the Animals" yang digubah oleh Camille Saint-Saëns, Eun Sun Kim dari Korea, seorang bintang yang sedang naik daun dan direktur Opera San Francisco berikutnya, diminta menjadi dirigennya.

Gedung opera La Scala dibuka kembali untuk umum setelah ditutup akibat pandemi COVID-19 di Milan, Italia, 10 Mei 2021. (REUTERS/Flavio Lo Scalzo)
Gedung opera La Scala dibuka kembali untuk umum setelah ditutup akibat pandemi COVID-19 di Milan, Italia, 10 Mei 2021. (REUTERS/Flavio Lo Scalzo)

Irina Brook, putri sutradara Inggris Peter Brook juga memimpin opera kontemporer "Diptych" pada tahun 2021, sementara direktur musik sebelumnya, Daniel Barenboim mengundang dua dirigen perempuan: Emma Dante dari Italia untuk "Carmen" dan Deborah Warner dari Inggris untuk "Fidelio".

Marina Alsop dari AS juga telah menjadi dirigen untuk konser klasik di La Scala, seperti juga halnya dengan Mirga Gražinyte-Tyla dari Lithuania. Sementara tradisi selalu menganggap peran dirigen hanya cocok bagi kaum laki-laki, opera romantis abad ke-19 oleh Rossini, Bellini dan Donizetti itu menampilkan kemampuan luar biasa penyanyi perempuan. Dengan penampilannya, Speranza Scappucci kemungkinan melangkahkan kaki menuju diakhirinya paradoks itu. [mg/lt]

XS
SM
MD
LG