Cathay Pacific Airways mengungkapkan hari Rabu (9/3) laba tahunannya naik hampir dua kali lipat di tahun 2015 dengan meningkatnya jumlah penumpang dan merosotnya harga bahan bakar yang berimbas pada penurunan biaya bahan bakar.
Maskapai penerbangan yang berpusat di Hong Kong tersebut menyatakan pendapatan bersihnya melonjak 90,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi HK$ 6 milyar ($773 juta).
Cathay dan maskapai penerbangan lainnya adalah penerima manfaat terbesar dari merosotnya harga minyak mentah, yang telah turun lebih dari $100 per barrel pada pertengahan 2014 hingga ke tingkat $30 di bulan-bulan belakangan ini.
Maskapai penerbangan tersebut menyatakan jumlah yang mereka keluarkan untuk bahan bakar jet, yang merupakan satu-satunya pengeluaran terbesar, turun 18 persen ke HK$ 33 milyar ($4,2 milyar) tahun lalu.
Kondisi tersebut tercapai bahkan setelah memperhitungkan kerugian yang lebih besar dengan menghapuskan kontrak yang bertujuan untuk meminimalisir volatilitas tagihan biaya bahan bakar yang mengunci maskapai tersebut di tingkat harga yang lebih tinggi. Kerugian dari lindung nilai untuk biaya bahan bakar tahun lalu melambung hingga HK$ 8,5 milyar ($1,1 milyar) dari sebelumnya sebesar HK$ 911 juta di tahun 2014.
Maskapai penerbangan yang juga mengoperasikan maskapai penerbangan regional Asia, Dragonair, mengatakan jumlah penumpang tumbuh 7,9 persen namun penerimaan berkurang 3,4 persen menjadi HK$ 102,3 milyar ($13,2 milyar).
John Slosar, Presiden Direktur maskapai tersebut, mengatakan kondisi operasional membaik tahun lalu namun ia mengantisipasi berbagai tantangan yang akan tetap ada sepanjang tahun 2016.
“Persaingan sengit dari maskapai-maskapai lain yang ada di kawasan ini, pergerakan mata uang asing, dan lemahnya permintaan penumpang kelas premium akan menambahkan tekanan dari hasil yang diperoleh dari angkutan penumpang,” ujar Slosar dalam sebuah pernyataan.
Cathay mengungkapkan jet A350 pertama dari pesanan 12 pesawat yang dipesan dari Airbus akan tiba pada bulan Mei. Pesawat penumpang terbaru dan paling maju buatan pabrik Eropa tersebut bertujuan untuk berkompetisi dengan Boeing 787 Dreamliner, yang terbukti populer di antara maskapai penerbangan karena efisiensi bahan bakarnya. [ww]