China telah melampaui Amerika Serikat dan kembali menjadi donor bilateral terbesar kedua untuk negara Kepulauan Pasifik, menurut laporan terbaru dari Lowy Institute yang dirilis Rabu (20/11). Australia tetap menjadi donor terbesar.
Lowy Institute, lembaga penelitian berbasis di Australia, merilis Pacific Aid Map setiap tahun untuk melacak pinjaman dan dana hibah di wilayah tersebut. Peta tahun 2024 mencakup data pendanaan dari 2008 hingga 2022.
Selama satu dekade terakhir, China telah menginvestasikan miliaran dolar di wilayah Kepulauan Pasifik guna meningkatkan pengaruhnya di tengah persaingan dengan AS dan sekutunya. Setelah sempat mengurangi investasi selama pandemi COVID-19 pada 2020, China kembali fokus pada proyek di wilayah tersebut pada 2022.
“Beijing telah bangkit dari jeda akibat pandemi dengan model bantuan yang lebih kompetitif dan terfokus secara politis,” tulis laporan itu. Pendanaan pembangunan luar negeri (ODF) China kini menargetkan pengaruh di negara-negara tertentu melalui hibah dan proyek berbasis komunitas.
Ketika total pendanaan dari berbagai negara turun 18% pada 2022 akibat pandemi, pendanaan China justru meningkat 6% menjadi $256 juta, naik hampir 14% dibanding tiga tahun sebelumnya.
Laporan tersebut menyoroti bahwa “kebangkitan komitmen proyek baru dari China menunjukkan ambisi besar untuk mengerjakan proyek infrastruktur utama di wilayah Pasifik.”
Australia tetap menjadi donor terbesar dengan kontribusi $1,5 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat di peringkat ketiga dengan alokasi $249 juta.
Pada 2008-2016, bank-bank China telah memberikan pinjaman lebih dari $1,1 miliar, memicu kekhawatiran wilayah ini semakin rentan terhadap tekanan diplomatik Beijing.
Namun, pendekatan China kini lebih strategis, beralih dari pinjaman ke hibah besar dan proyek komunitas. Laporan itu menyebut pendekatan ini sebagai “strategi ganda” yang mencerminkan metode lebih kompetitif dalam keterlibatan regional.
Proyek berbasis komunitas mencakup “donasi kendaraan untuk pemerintah lokal, hibah untuk sekolah, dan pemberian alat pertanian kepada petani.”
Meski demikian, China tetap terlibat dalam pembiayaan utang berisiko, seperti di Kepulauan Solomon dan Vanuatu, di mana risiko utang meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir.
“Kurangnya transparansi dalam pinjaman ini (kepada Kepulauan Solomon dan Vanuatu) serta ketidakpastian efektivitas proyek-proyek yang dibiayai ini justru melemahkan kerangka keberlanjutan utang China sendiri,” kata laporan itu.
Motivasi geopolitik menjadi faktor utama bagaimana China memberikan bantuannya, dengan menekankan kebijakan “Satu China” sebagai alasan utama keterlibatan mereka di kawasan Pasifik, menekankan Taiwan sebagai bagian dari China, dengan Beijing sebagai satu-satunya pemerintah yang sah, menurut laporan tersebut.
Pada 2022, pemerintahan otonom Taiwan keluar dari daftar 10 besar donor negara-negara Kepulauan Pasifik setelah sejumlah negara memutuskan hubungan diplomatik dengan Taipei dan beralih ke Beijing. Menurut laporan itu, Taiwan telah menghabiskan $7,2 juta untuk wilayah tersebut. [th/ka]
Forum