Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo siap bertolak ke Korea Utara hari Kamis (5/7) untuk melanjutkan pembicaraan mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea. Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri mengumumkan tentang lawatan Pompeo itu hari Senin. Lawatan Pompeo kembali ke Korea Utara itu menyusul pertemuan puncak bersejarah 12 Juni lalu antara Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura.
Setelah pertemuan puncak Amerika Serikat-Korea Utara yang bersejarah, Presiden Donald Trump mengatakan ia percaya pemimpin Korea Utara Kim Jong Un serius menghendaki denuklirisasi. Akan tetapi berbagai laporan media baru-baru ini mengutip para pejabat intelijen Amerika yang menyatakan Korea Utara memperdaya Amerika Serikat dan terus meluaskan aktivitas nuklirnya di beberapa fasilitas.
Bruce Klingner, pakar Korea di lembaga kajian kebijakan publik Heritage Foundation yang berpusat di Washington DC, serta mantan pejabat CIA dan Badan Intelijen Pertahanan, mengatakan, "Kami melihat dari citra satelit ada peningkatan atau perluasan fasilitas nuklir serta fasilitas-fasilitas produksi misil, dan kemudian laporan intelijen mengindikasikan bahwa Korea Utara meningkatkan produksi materi senjata nuklir, bukan hanya di Yongbyon, tetapi di fasilitas-fasilitas rahasia lainnya.”
Gedung Putih Senin menolak mengomentari laporan-laporan tersebut.
Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengatakan, "Kami tidak akan mengukuhkan atau membantah laporan intelijen apapun. Yang dapat saya sampaikan kepada Anda adalah kami terus membuat kemajuan. Duta Besar Amerika untuk Filipina Sung Kim baru kemarin mengadakan pertemuan dengan para anggota delegasi Korea Utara, dan Menteri Luar Negeri Pompeo, seperti yang baru saya sebutkan, akan menuju Korea Utara akhir pekan ini. Dan kami akan melanjutkan pembicaraan-pembicaraan tersebut.”
Sebagian analis menyebut tentang delapan perjanjian yang gagal dengan Korea Utara dan menyatakan para pemimpinnya yang otoriter tidak akan pernah menyerahkan cadangan nuklirnya. Klingner mengatakan harapan tetap ada meskipun Korea Utara mungkin kali ini juga berupaya untuk memperdaya.
Klingner menambahkan, "Apa yang perlu dilakukan Amerika adalah belajar dari kesalahan-kesalahan pada masa lalu dan tidak membiarkan ada kesepakatan cacat lainnya, yang sangat singkat, sangat samar-samar, yang tidak memiliki rincian seperti apa yang pernah kita miliki dalam perjanjian pengendalian senjata dengan Uni Soviet.”
Penasihat Nasional Gedung Putih John Bolton mengatakan dalam suatu wawancara televisi hari Minggu bahwa pemerintahan Trump memiliki suatu rencana aksi yang dapat membongkar arsenal nuklir Korea Utara dalam satu tahun apabila Pyongyang bekerja sama. Ia mengatakan rencana itu akan mewajibkan pengungkapan penuh seluruh program senjata kimia, biologi dan nuklir Korea Utara serta lokasi-lokasi misil balistiknya. [uh/ab]