Situasi di Libya menunjukkan bahwa "tidak ada pengurangan pejuang asing atau aktivitas mereka" di pusat negara Afrika itu, kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah laporan yang diserahkan minggu ini ke Dewan Keamanan.
"Sementara perjanjian gencatan senjata terus diberlakukan, UNSMIL (misi PBB di Libya) menerima laporan terkait sejumlah benteng dan posisi pertahanan yang didirikan di sepanjang poros Sirte-Jufra di Libya tengah, serta berlanjutnya keberadaan elemen dan aset asing, "dokumen yang direview oleh AFP hari Jumat (14/5), menyatakan.
"Terlepas dari komitmen yang disepakati sejumlah pihak, aktivitas kargo udara dilaporkan terus berlanjut dengan penerbangan ke berbagai pangkalan udara militer di wilayah barat dan timur Libya," katanya.
Menurut beberapa diplomat di PBB, jumlah militer asing dan tentara bayaran di Libya diperkirakan lebih dari 20.000, termasuk 13.000 Suriah dan 11.000 Sudan, serta beberapa ratus dari Turki dan Rusia.
"Saya ulangi seruan pada negara-negara anggota dan beberapa tokoh nasional Libya untuk mengakhiri pelanggaran embargo senjata dan memfasilitasi upaya penarikan para pejuang asing dan tentara bayaran dari negara itu," kata ketua PBB dalam laporan tersebut.
"Ini adalah elemen penting bagi perdamaian dan stabilitas yang mapan di Libya dan kawasan," ia berpendapat sekaligus menegaskan "kemajuan perlu dilanjutkan di jalur politik, keamanan dan ekonomi, sehingga memungkinkan penyelenggaraan pemilihan nasional" pada 24 Desember 2021. [mg/pp]