Larangan Indonesia untuk mengekspor produk minyak sawit tidak menimbulkan kekhawatiran di pasar Uni Eropa karena blok tersebut memiliki cadangan pasokan selama beberapa pekan, kata Federasi Minyak Nabati Uni Eropa (FEDIOL), Selasa (3/5).
Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia itu pekan lalu memberlakukan larangan ekspor bahan baku minyak goreng, termasuk beberapa produk seperti minyak sawit yang dimurnikan, diputihkan, dan dihilangkan baunya (RBD), minyak sawit mentah dan minyak olahan, dalam upaya untuk menurunkan harga minyak goreng.
Uni Eropa mengimpor rata-rata sekitar 335.000 ton minyak sawit mentah dari Indonesia per bulan, atau lebih dari 40% dari total impor minyak sawit mentah yang masuk ke blok tersebut, kata FEDIOL. Blok ini juga mengimpor minyak sawit mentah dari beberapa negara lain, termasuk Malaysia, Papua Nugini dan beberapa negara Amerika Latin.
"Saat ini kami memiliki persediaan minyak sawit untuk 4 hingga 6 pekan. Keputusan sementara oleh pemerintah Indonesia tidak menimbulkan kekhawatiran akan kurangnya pasokan di pasar Eropa dalam jangka pendek," kata FEDIOL.
Dalam pernyataan terpisah, organisasi tersebut sebelumnya mengatakan bahwa pasokan minyak bunga matahari telah meningkat di Uni Eropa selama beberapa pekan terakhir setelah sebelumnya tidak ada pasokan dari Ukraina. [ab/uh]