Ribuan personel militer dari Indonesia, Amerika Serikat dan delapan negara lain, Senin (26/8) memulai latihan dua pekan yang berfokus pada kemampuan gabungan di Asia Pasifik.
Kawasan ini, terutama di Laut China Selatan, telah mengalami peningkatan ketegangan tahun ini dengan titik-titik konflik antara negara-negara pesisir yang mengklaim kedaulatan atas pulau-pulau dan perairan yang disengketakan.
Latihan tahunan yang dikenal dengan nama Super Garuda Shield itu dimulai di Sidoarjo, Jawa Timur. Indonesia mengerahkan lebih dari 4.400 tentara untuk latihan ini.
Militer Indonesia mengatakan sekitar 1.800 tentara AS dan beberapa ratus lagi dari negara-negara lain juga akan ambil bagian.
Latihan tersebut, yang pertama kali digelar pada tahun 2007, telah berkembang menjadi “acara gabungan/multinasional kelas dunia yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan kita bersama,” kata Mayjen Joseph Harris, Komandan Garda Udara Nasional Hawaii.
Program tersebut mencakup pertukaran pakar akademis, lokakarya pengembangan profesional, latihan komando-dan-pengendalian, serta latihan lapangan yang berpuncak pada latihan penembakan dengan peluru tajam, lanjutnya.
Pelatihan akan melibatkan latihan staf dan siber, operasi udara, serangan gabungan, latihan amfibi, dan simulasi operasi darat.
Charles Flynn, komandan Pasifik Angkatan Darat AS di Pasifik, mengatakan dalam sebuah pernyataan pekan lalu bahwa latihan ini akan memperlihatkan komitmen bagi Indo-Pasifik yang aman, stabil dan terlindungi.
Latihan selama dua pekan yang akan berlangsung hingga 6 September di berbagai lokasi di Indonesia itu juga diikuti oleh partisipan dari Australia, Jepang, Inggris, Singapura, Korea Selatan, Kanada, Selandia Baru dan Prancis.
Brasil, Jerman, Malaysia, Filipina, Thailand, Belanda, Timor Leste dan Papua Nugini berpartisipasi dalam latihan itu sebagai negara pengamat. [uh/ab]
Forum