Lautan es di sekitar Antartika berubah drastis dari rekor tinggi ke rekor terendah hanya dalam tiga tahun menurut laporan baru yang dirilis minggu ini oleh NASA, badan Antariksa AS.
Sementara lautan es di Samudra Arktik atau Kutub Utara terus mencair, lingkar es yang terapung di sekeliling Antartika (Kutub Selatan) terus bertambah sampai 2014.
Namun, selama tiga tahun sejak 2014, keadaan itu berubah sama sekali, seperti dituturkan oleh Dr. Claire Parkinson, pakar ilmu bumi dari NASA.
“Hanya dalam tiga tahun hingga tahun 2017, hal itu mencapai rekor terendah dalam 40 tahun dengan luas area 10,7 juta kilometer persegi. Jadi dalam periode tiga tahun seluruhnya kehilangan lebih dari dua juta kilometer persegi es dan itu sedikit lebih besar dari wilayah Meksiko," ungkapnya.
Lebih dari tiga setengah dekade kenaikan jumlah es di Antartika lenyap hanya dalam tiga tahun, mencair lebih cepat daripada apa yang terjadi di Kutub Utara.
Konsensus ilmiah memaparkan hilangnya lapisan es Laut Arktik terkait dengan udara dan air laut yang semakin hangat di Kutub Utara.
Para peneliti masih mencari penjelasan terkait penurunan yang drastis di wilayah Antartika. Dr. Claire lebih jauh menjelaskan, “Setelah 2014 ketika penurunan yang drastis terjadi, sejumlah upaya dilakukan untuk mengetahui kondisi itu, termasuk apakah ada kaitannya dengan sesuatu yang terjadi di atmosfer atau lautan, dan ada beberapa petunjuk bahwa seperti kemungkinan yang terjadi di Laut Weddell, bisa jadi hawa panas datang dari utara. Kemudian yang terjadi di Laut Ross, mungkin alasannya sedikit berbeda.”
Apa pun alasannya, tren tersebut berdampak pada sejumlah implikasi yang luas bagi ekosistem di wilayah kutub dan bumi secara keseluruhan.
Tidak seperti permukaan es yang terang dan memantulkan cahaya, air lautan yang gelap menyerap sinar matahari, dan hawa panas yang terperangkap mengarah pada suatu siklus pemanasan secara terus-menerus.
Para ilmuwan masih melakukan penelitian di Antartika, mencari beberapa penjelasan, dan sejumlah solusi. (mg/lt)