Sebanyak 111 peti jenazah migran Afrika yang meninggal dalam kecelakaan kapal di perairan Pulau Lampedusa, Italia, dibariskan di dalam hanggar bandara, sementara migran yang selamat memperlihatkan rasa bela sungkawa atas tragedi itu.
Satu bunga mawar putih diletakkan di atas tiap peti jenazah itu, kecuali empat peti jenazah anak-anak yang diatasnya diletakkan boneka.
Upacara di hanggar bandara itu berlangsung beberapa jam setelah nelayan-nelayan Italia meletakkan karangan bunga berwarna kuning di lokasi tenggelamnya kapal migran itu, membunyikan peluit untuk menghormati korban yang tewas dan sekitar 250 migran lain yang masih hilang.
Pencarian untuk menemukan lebih banyak korban dihentikan pada hari kedua karena cuaca buruk.
Delegasi parlemen Italia mengunjungi orang-orang yang selamat di tengah adanya laporan bahwa sebuah kapal mungkin telah melanggar hukum laut karena tidak mau menolong kapal membawa 500 migran itu – sebagian besar berasal dari Eritrea – sekitar 600 meter dari pantai.
Kapal migran berukuran 20 meter itu mengalami masalah dan menyalakan api di atas geladak untuk menarik perhatian kapal-kapal atau orang di pantai guna menolong mereka. Api itu menjadi kebakaran yang justru menenggelamkan kapal. Para migran telah melakukan perjalanan selama dua hari penuh dan mengira mereka telah aman ketika melihat melihat cahaya lampu di Pulau Lampedusa.
Namun kapal itu tenggelam, menewaskan 111 orang, sementara 155 lainnya selamat. Beberapa diantaranya bertahan selama tiga jam di laut dengan menggunakan apapun yang bisa mengambang, termasuk botol-botol air kosong.
Kapten-kapten kapal di perairan Italia sebelumnya telah disarankan untuk tidak membantu migran dalam masalah karena khawatir akan diadili berdasarkan hukum Italia yang mencegah migrasi ilegal.
Tetapi Laura Boldrini, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Italia yang sebelumnya menjadi juru bicara Badan Urusan Pengungsi PBB UNHCR, mengatakan hukum laut mengharuskan siapapun untuk memberi bantuan pada orang-orang yang membutuhkan.
Laporan bahwa ada kapal yang mendekat tetapi tidak menolong para migran itu memicu seorang anggota parlemen Belanda mendesak dilakukannya penyelidikan. Beberapa migran yang selamat mengatakan ketika kapal tenggelam tidak ada satu pun kapal yang datang untuk menolong. Belum ada penyelidikan resmi yang dilakukan.
Satu bunga mawar putih diletakkan di atas tiap peti jenazah itu, kecuali empat peti jenazah anak-anak yang diatasnya diletakkan boneka.
Upacara di hanggar bandara itu berlangsung beberapa jam setelah nelayan-nelayan Italia meletakkan karangan bunga berwarna kuning di lokasi tenggelamnya kapal migran itu, membunyikan peluit untuk menghormati korban yang tewas dan sekitar 250 migran lain yang masih hilang.
Pencarian untuk menemukan lebih banyak korban dihentikan pada hari kedua karena cuaca buruk.
Delegasi parlemen Italia mengunjungi orang-orang yang selamat di tengah adanya laporan bahwa sebuah kapal mungkin telah melanggar hukum laut karena tidak mau menolong kapal membawa 500 migran itu – sebagian besar berasal dari Eritrea – sekitar 600 meter dari pantai.
Kapal migran berukuran 20 meter itu mengalami masalah dan menyalakan api di atas geladak untuk menarik perhatian kapal-kapal atau orang di pantai guna menolong mereka. Api itu menjadi kebakaran yang justru menenggelamkan kapal. Para migran telah melakukan perjalanan selama dua hari penuh dan mengira mereka telah aman ketika melihat melihat cahaya lampu di Pulau Lampedusa.
Namun kapal itu tenggelam, menewaskan 111 orang, sementara 155 lainnya selamat. Beberapa diantaranya bertahan selama tiga jam di laut dengan menggunakan apapun yang bisa mengambang, termasuk botol-botol air kosong.
Kapten-kapten kapal di perairan Italia sebelumnya telah disarankan untuk tidak membantu migran dalam masalah karena khawatir akan diadili berdasarkan hukum Italia yang mencegah migrasi ilegal.
Tetapi Laura Boldrini, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Italia yang sebelumnya menjadi juru bicara Badan Urusan Pengungsi PBB UNHCR, mengatakan hukum laut mengharuskan siapapun untuk memberi bantuan pada orang-orang yang membutuhkan.
Laporan bahwa ada kapal yang mendekat tetapi tidak menolong para migran itu memicu seorang anggota parlemen Belanda mendesak dilakukannya penyelidikan. Beberapa migran yang selamat mengatakan ketika kapal tenggelam tidak ada satu pun kapal yang datang untuk menolong. Belum ada penyelidikan resmi yang dilakukan.