Belasan orang yang tergabung dalam Masyarakat Anti Sirkus Hewan Indonesia berunjuk rasa menuntut sirkus keliling Wersut Seguni Indonesia (WSI) ditutup. Sirkus itu dianggap melakukan pelecehan seksual terhadap beruang madu, yang dipegang-pegang alat kelaminnya sebagai bagian dari pertunjukan.
Koordinator aksi, Marison Guciano, mengatakan pegang kelamin termasuk kekejaman terhadap hewan.
“Tuntutan kami adalah sirkus satwa ini harus ditutup. Pelecehan seksual adalah salah satu bukti bahwa sirkus adalah bentuk kekejaman terhadap hewan,” jelasnya saat berunjuk rasa Kamis (14/2) di depan sirkus WGI di Cimahi Mall.
Insiden itu direkam oleh Masyarakat Anti Sirkus Hewan Indonesia yang aktif mengawasi pertunjukan hewan. Dalam video tersebut, nampak beruang madu bernama Bimo sedang berpegangan pada gawang sehingga alat kelaminnya terlihat. Kemudian narator pertunjukan mengatakan beruang itu “tidak pakai celana,” dan pelatih hewan memegang sekilas alat kelamin satwa tersebut.
KUHP Tegas Atur Perlindungan Hewan
Indonesia sebetulnya memiliki seperangkat aturan yang melindungi hewan. Regulasi ini antara lain Pasal 302 KUHP serta UU 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang pada intinya melarang penyiksaan terhadap satwa. Meskipun demikian isu yang lebih rinci seperti pelecehan seksual terhadap hewan sendiri memang belum ada aturan resminya.
Namun menurut Marison, aksi pegang kelamin tetap melanggar prinsip kesejahteraan hewan. Sebab hewan tidak bertingkah alami.
“Satwa ini dipaksa berperilaku tidak wajar. Misalnya beruang melakukan pull-up, bermain hula hoop. Berang-berang naik sepeda. Itu semua merupakan perilaku tidak alami dari hewan-hewan ini. Perilaku itu tidak mereka lakukan di alam liar,” paparnya.
Pengelola Sirkus Akan ‘Memperbaiki’ Pertunjukan
Pengelola sirkus WSI menolak bertemu pengunjuk rasa namun memperbolehkan media masuk untuk melihat pertunjukan. Dalam pertunjukan yang digelar setelah ada demo, pelatih memakaikan celana kepada beruang madu dan tidak memegang kelaminnya.
Asisten Manager PT. WSI, Rohmadi, mengatakan tidak bermaksud melecehkan hewan. Dia berjanji akan memperbaiki aksi pertunjukan karena tidak tahu bahwa tindakan pelatih sebelumnya dinilai sebagai pelecehan.
“Dari pelatih itu bukan bermaksud melecehkan. Karena tugas mereka. Dari sudut pandang lain itu biasa dan menghibur. Dari sudut pandang lain itu kurang sopan. Ya kita perbaiki,” jelasnya di dalam lokasi pertunjukan.
Sementara Andri, pelatih hewan yang memegang kelamin beruang madu, mengatakan akan memperbaiki trik-trik pertunjukan. “Kita perbaiki saja dari segi triknya. Terus ada aturannya,” jelasnya yang sudah sembilan tahun jadi pelatih.
Sirkus WRI menampilkan beruang madu, burung kakatua, berang-berang, dan lumba-lumba. Sirkus ini adalah satu dari hanya 3 lembaga yang punya izin lumba-lumba. Tempat ini menarik 500-1.000 pengunjung tiap pekan, mayoritas pelajar dan keluarga. Dengan harga tiket 40 ribu Rupiah, sirkus keliling ini ditaksir mendapatkan 20-40 juta Rupiah per minggu. [rt/em]