Industri pariwisata Asia sedang mengalami lonjakan, didorong oleh peningkatan pendapatan, transportasi udara berbiaya rendah, dan pertumbuhan pasar keluar China.
Namun para analis mengatakan ekspansi yang pesat ini juga menekan infrastruktur dan tujuan-tujuan sementara ada seruan untuk meningkatkan pengeluaran dan pengelolaan 'arus' pariwisata yang lebih baik untuk memastikan keberlangsungan jangka panjang.
John Koldowski, analis industri perjalanan dan dosen di Thammasat University, Bangkok, mengatakan proyeksi pariwisata baik di beberapa pasar regional.
"Daerah-daerah besar yang kami amati, saat ini, Thailand mengalami lonjakan, dan itu terus terjadi," ujar Koldowski.
"Namun Vietnam juga menunjukkan pertumbuhan yang solid, Kamboja, Myanmar -- meskipun tingkat pertumbuhan menurun tapi masih ada banyak investasi langsung asing, banyak konstruksi, banyak ketertarikan dan aktivitas di dana," ujarnya kepada VOA.
Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (WTTC) memperkirakan kontribusi langsung pariwisata kepada ekonomi regional akan tumbuh 5,6 persen dalam 10 tahun sampai 2025, mencapai US$528,7 miliar. Angka ini merupakan 12,6 persen dari produk domestik bruto nasional wilayah ini.
Pariwisata di antara 10 negara anggota Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) juga mempekerjakan secara langsung atau tidak langsung sekitar 32 juta orang.
Investasi untuk pariwisata juga diperkirakan akan menguat, menurut laporan dari ekonom senior pada perusahaan konsultan investasi CLSA. CLSA mengatakan ada sejumlah peluang investasi menunggu dalam pariwisata dan perjalanan, termasuk pembangunan hotel dan resor serta infrastruktur transportasi, keamanan dan perlindungan lingkungan. [hd]