Ampas kopi merupakan limbah yang seringkali dibuang dan tidak bernilai guna. Namun melalui penelitian lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Universitas Jember (FKM UNEJ), yakni Puput Baryatik, Uswatun Asihta, Wita Nurcahyaningsih, Azzumrotul Baroroh, dan Herdian Riskianto, limbah ampas kopi menjadi bahan yang berguna untuk menyerap racun dalam air, khususnya logam berat Cadmium (Cd) yang dapat memicu banyak penyakit pada masyarakat.
Menurut Anita Dewi Moelyaningrum, dosen pembimbing di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, limbah industri dan limbah rumah tangga yang belum dikelola dengan baik, sering menjadi penyebab pencemaran lingkungan khususnya pada air tanah. Tiga unsur logam berat yaitu timah hitam, Merkuri dan Cadmium, sering ditemukan pada air tanah atau sumur yang tercemar logam berat akibat limbah industri dan rumah tangga.
“Limbah yang dikumpulkan masyarakat atau limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah ini tidak ada pemilahan antara organik dan anorganik, jadi limbah baterai, limbah plastik kemasan, limbah medis kadang-kadang ada yang keluar ke TPA, kemudian limbah kemasan pestisida itu kadang-kadang masih bercampur di satu lokasi di tempat pembuangan akhir sampah. Nah di sana kemudian ada hujan, dengan bantuan proses alam juga maka berbagai macam logam berat itu bisa keluar, mengalir melalui air tanah kemudian bisa masuk ke dalam sumur,” kata Anita Dewi Moelyaningrum, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember.
Pemanfaatan limbah ampas kopi yang banyak dibuang masyarakat penikmat kopi di Jember, menjadi bahan penelitian dan uji coba mahasiswa Universitas Jember ini untuk menemukan model pengelolaan lingkungan berbasis limbah organik.
Puput Baryatik, salah seorang mahasiswa yang melakukan penelitian mengatakan, hasil pemrosesan limbah ampas kopi terbukti mampu menurunkan kadar Cadmium dalam air yang tercemar logam berat hingga lebih dari 50 persen.
“Jember sendiri merupakan salah satu sentra budidaya kopi robusta terbesar di Jawa Timur. Dari hasil penelitian diperoleh penurunan kadar Cadmium sebesar 55,75 persen dengan konsentrasi arang aktif ampas kopi sebesar 10 gram per liter,” jelas Puput Baryatik, Ketua Kelompok Mahasiswa Peneliti.
Anita Dewi menambahkan, daya serap ampas kopi dapat menjadi lebih optimal setelah diubah ke bentuk arang aktif.
“Supaya bisa daya serapnya ini lebih optimal, maka diubah unsurnya ke bentuk arang, jadi diarangkan kemudian diaktifkan dengan HCl, kemudian dinetralkan lagi, baru kemudian dipaparkan dengan air yang mengandung cemaran logam berat cadmium,” jelas Anita Dewi Moelyaningrum.
Puput berharap, hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa Universitas Jember ini dapat membantu masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah maupun daerah yang airnya sudah tercemar, agar dapat memanfaatkan limbah ampas kopi untuk memperbaiki kualitas air tanah di sekitar tempat tinggal mereka.
“Harapannya yaitu dapat mengurangi kadar Cadmium dalam air sumur tersebut, di mana Cadmium ini merupakan logam berat yang sanagt bersifat toksin bagi tubuh, yaitu dapat menyerang syaraf, dapat menyebabkan kelainan janin, selain itu dapat menyebabkan gangguan ginjal, jantung dan hati, yang nantinya dapat menyebabkan kematian,” imbuh Puput Baryatik. [pr/uh]