Di Brooklyn, New York, seorang pria berkulit putih mengejek seorang perempuan Amerika keturunan Asia dan membuntuti dirinya secara agresif sambil berteriak di wajahnya "ch.nk" ditambah dengan kata-kata bernada seksual yang merendahkan martabatnya.
Di Washington, D.C., seorang pria meninju punggung seorang perempuan Asia di stasiun kereta bawah tanah Metro sambil berulang kali meneriakkan "Chinese b..ch." Ia dan pasangannya kemudian menerima ancaman fisik.
Di Las Vegas, seorang pengemudi layanan transportasi daring memberi tahu penumpang Asia-nya, "Sial, orang Asia lagi berkendara dengan saya hari ini. Semoga Anda tidak mengidap COVID."
Menurut koalisi organisasi advokasi Asia-Amerika ketiga insiden itu termasuk di antara hampir 3.800 insiden kebencian secara langsung dan pelecehan yang ditujukan kepada warga Amerika keturunan Asia sejak pandemi COVID-19 yang berasal dari China merebak setahun lalu,
Dalam laporan baru Stop AAPI Hate yang dirilis pada Selasa (16/3), tercatat ada 3.795 insiden kebencian anti-Asia terjadi antara 19 Maret 2020 - tak lama setelah COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi - dan 28 Februari 2021. Lebih dari 500 insiden tercatat pada 2021.
"Jumlah insiden kebencian yang dilaporkan ke pusat layanan kami hanya mewakili sebagian kecil dari jumlah insiden kebencian yang benar-benar terjadi. Namun, itu menunjukkan betapa rentannya orang Asia-Amerika terhadap diskriminasi," kata Stop AAPI Hate.
Stop AAPI Hate diluncurkan setahun yang lalu oleh koalisi tiga kelompok Asia-Amerika untuk membantu orang Asia-Amerika melaporkan insiden kebencian selama pandemi.
Pendukung Asia-Amerika mengatakan gelombang kebencian sebagian dipicu oleh penggunaan bahasa xenofobia yang sering digunakan mantan presiden Donald Trump seperti "kung flu" yang merujuk pada virus corona.
Pada Januari 2021, Presiden Joe Biden mengeluarkan memorandum yang mengutuk lonjakan kejahatan rasial anti-Asia sejak awal pandemi.
Pelecehan secara verbal dan pengucilan masing-masing mencapai 68,1 persen dan 20,5 persen, sementara serangan fisik mencapai 11,1 persen dari total insiden.
Sementara insiden yang dilaporkan terjadi di semua 50 negara bagian dan District of Columbia. California, Sebanyak 45 persen dari jumlah insiden terjadi di California, negara bagian dengan populasi Asia-Amerika terbesar. Di New York, kantong terbesar kedua bagi komunitas Asia, jumlah insiden mencapai 14 persen.
Menurut laporan tersebut, warga Amerika keturunan China atau Chinese American adalah kelompok yang paling sering menjadi sasaran dengan insiden dilaporkan mencapai 42,2 persen. Diikuti oleh Korea (14,8 persen), Vietnam (8,5 persen), dan Filipina (7,9 persen). Perempuan kemungkinannya dua kali lebih besar dibandingkan kaum pria didera oleh insiden kebencian tersebut. [mg/jm]