Presiden Belarusia yang otoriter, Alexander Lukashenko, hampir memenangkan masa jabatan keenam berturut-turut.
Berbagai jajak pendapat dan komisi pemilu menyebut Lukashenko unggul sekitar 80 persen suara. Dan satu-satunya kandidat oposisi yang menantangnya dengan serius, Svetlana Tikhanovskaya, hanya mendapat 7 persen.
Tiga kandidat lainnya hanya simbolis.
Keikutsertaan pemilih dilaporkan tinggi. Foto-foto pemilih mengantre di tempat-tempat pemungutan suara (TPS) memperlihatkan hanya sedikit yang mengenakan masker. Lukashenko hanya menganggap virus corona sebagai "fantasi" dan nyaris tak mengambil langkah untuk menyetop penyebaran -- salah satu isu yang menggairahkan oposisi.
Lukashenko telah berjanji untuk menindak tegas segala protes pasca pemilu.
“Kalau kalian memprovokasi, kalian akan dapat jawaban yang sama," katanya. "Apakah kalian akan berusaha menggulingkan pemerintah, mematahkan sesuatu, melukai, menyinggung, dan mengharapkan saya atau seseorang untuk berlutut di depan kalian dan mencium mereka? Itu tidak akan terjadi."
Seorang saksi mengatakan kepada Reuters bahwa polisi pun menindak tegas sejumlah unjuk rasa. Sedikitnya 10 orang ditahan di sebuah lokasi di Minsk. Media lokal mengatakan ada penahanan lain di ibu kota serta kota-kota lain.
Belarusia tidak mengundang pengawas Eropa independen untuk menyaksikan pemilu. Namun para pengamat pemilu mengatakan Belarusia memiliki sejarah panjang pemilu yang tidak bebas maupun adil. [vm/pp]