POSO, SULAWESI TENGAH —
Kapolres Poso AKBP Eko Santoso di Markas Kepolisian Resort Poso, Kamis siang (27/12) mengatakan pihaknya telah menerima informasi akan ada penambahan personel kepolisian dari Mabes Polri berjumlah 200 personel Brimob dari Resimen Kelapa Dua.
Secara keseluruhan jumlah kekuatan Polisi di Poso saat ini berjumlah 1.142 personel yang terdiri atas 860 Personel Polres Poso, 100 Brimob Polda Sulawesi Tengah, 122 personel dari Resimen Brimob Kelapa Dua Jakarta, dan 60 personel dari Satuan Sabhara Polda Sulawesi Tengah, yang didukung empat unit anjing Pelacak. Dengan penambahan 200 personel dari Mabes Polri maka perkuatan Polri di Poso akan berjumlah 1342 personel.
“Yang kemarin 'kan dari Resimen 122, ini mau ditambah lagi 200 itu 200 masih resimen. Belum yang lain. Saya tidak tahu apakah itu gabungan lagi. Artinya permintannya kan Resimen gabungan atau gabungan Satgas Khusus artinya gabungan satgas terintegrasi. Jadi ada penyidiknya, ada intelijennya ada penangkapnya, penangkapnya resimen itu terus ada awaknya, dipertanggungjawabkan kepada satu orang,” kata AKBP Eko Santoso.
Jumlah perkuatan Polisi di Poso terus ditingkatkan pasca kasus terbunuhnya dua Anggota Polisi pada 16 Oktober 2012 silam, namun hal itu tidak serta merta menghentikan kasus kasus kekerasan dan teror di wilayah itu.
Pada Kamis 20 Desember 2012, sekelompok orang bersenjata api menyerang satu regu Patroli Brimob di desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara sehingga mengakibatkan tiga orang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah tewas ditempat, sedangkan seorang lainnya tewas dalam perawatan di RSU Undata di Palu.
Lima hari kemudian, tepatnya pada 25 Desember 2012, sebuah bom berkekuatan daya ledak tinggi yang diletakkan oleh orang tidak dikenal di Pos Pengamanan Natal dan Tahun baru, berhasil dijinakkan oleh Jihandak Brimob Polda Sulawesi Tengah. Bom itu dijinakkan pada pukul 7.40 waktu Indonesia Tengah atau 18 menit lebih cepat sebelum alarm dari telepon genggam yang dirangkai bersama bom rakitan itu berbunyi pada pukul 7.58 waktu Indonesia Tengah.
Kapolres Poso AKBP Eko Santo mengakui hingga kini belum ada perkembangan baru dari hasil penyelidikan Polisi untuk menangkap para pelaku dari kedua peristiwa tersebut. “Perkembangan masih belum ada hasil. Bukan pelakunya sulit diidentifikasi, pelakunya sulit ditemukan,” kata Kapolres Poso.
Dari pemantauan di Poso rangkaian peristiwa kekerasan dan teror yang terjadi di Poso Sulawesi Tengah tetap disikapi masyarakat di wilayah itu dengan tenang, warga tetap terpantau beraktifitas secara normal, namun pada malam hari warga setempat lebih memilih untuk tinggal di dalam rumah.
Secara keseluruhan jumlah kekuatan Polisi di Poso saat ini berjumlah 1.142 personel yang terdiri atas 860 Personel Polres Poso, 100 Brimob Polda Sulawesi Tengah, 122 personel dari Resimen Brimob Kelapa Dua Jakarta, dan 60 personel dari Satuan Sabhara Polda Sulawesi Tengah, yang didukung empat unit anjing Pelacak. Dengan penambahan 200 personel dari Mabes Polri maka perkuatan Polri di Poso akan berjumlah 1342 personel.
“Yang kemarin 'kan dari Resimen 122, ini mau ditambah lagi 200 itu 200 masih resimen. Belum yang lain. Saya tidak tahu apakah itu gabungan lagi. Artinya permintannya kan Resimen gabungan atau gabungan Satgas Khusus artinya gabungan satgas terintegrasi. Jadi ada penyidiknya, ada intelijennya ada penangkapnya, penangkapnya resimen itu terus ada awaknya, dipertanggungjawabkan kepada satu orang,” kata AKBP Eko Santoso.
Jumlah perkuatan Polisi di Poso terus ditingkatkan pasca kasus terbunuhnya dua Anggota Polisi pada 16 Oktober 2012 silam, namun hal itu tidak serta merta menghentikan kasus kasus kekerasan dan teror di wilayah itu.
Pada Kamis 20 Desember 2012, sekelompok orang bersenjata api menyerang satu regu Patroli Brimob di desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara sehingga mengakibatkan tiga orang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah tewas ditempat, sedangkan seorang lainnya tewas dalam perawatan di RSU Undata di Palu.
Lima hari kemudian, tepatnya pada 25 Desember 2012, sebuah bom berkekuatan daya ledak tinggi yang diletakkan oleh orang tidak dikenal di Pos Pengamanan Natal dan Tahun baru, berhasil dijinakkan oleh Jihandak Brimob Polda Sulawesi Tengah. Bom itu dijinakkan pada pukul 7.40 waktu Indonesia Tengah atau 18 menit lebih cepat sebelum alarm dari telepon genggam yang dirangkai bersama bom rakitan itu berbunyi pada pukul 7.58 waktu Indonesia Tengah.
Kapolres Poso AKBP Eko Santo mengakui hingga kini belum ada perkembangan baru dari hasil penyelidikan Polisi untuk menangkap para pelaku dari kedua peristiwa tersebut. “Perkembangan masih belum ada hasil. Bukan pelakunya sulit diidentifikasi, pelakunya sulit ditemukan,” kata Kapolres Poso.
Dari pemantauan di Poso rangkaian peristiwa kekerasan dan teror yang terjadi di Poso Sulawesi Tengah tetap disikapi masyarakat di wilayah itu dengan tenang, warga tetap terpantau beraktifitas secara normal, namun pada malam hari warga setempat lebih memilih untuk tinggal di dalam rumah.