Sebagian besar mahasiswa Afghanistan di perguruan-perguruan tinggi dan universitas di India memiliki keprihatinan serupa setelah Taliban merebut kembali kekuasaan di Afghanistan:
Saeeda Dilyabi adalah salah seorang mahasiswa S1 yang menyatakan perasaan demikian.
“Hidup kami akan dalam bahaya, kehidupan keluarga kami akan dalam bahaya. Jadi, saya rasa kami tidak bisa kembali (ke Afghanistan)," katanya.
Pendapat yang sama disampaikan oleh Meena Azimi, juga mahasiswa S1.
“Tidak akan kembali ke Afghanistan, tidak akan pernah," ujarnya.
Para mahasiswa itu sejak kecil mendengar tentang penindasan yang dilakukan oleh Taliban selama lima tahun pemerintahannya. Para mahasiswa itu menolak pernyataan kelompok itu bahwa mereka akan menghormati hak-hak perempuan dan mengizinkan mereka untuk belajar dan bekerja.
Saeeda Dilyabi menyatakan tidak mempercayai janji Taliban itu.
“Persis apa yang mereka lakukan, itu tidak sama dengan apa yang mereka katakan.”
“Ini baru permulaan. Jadi, mereka menginginkan citra yang baik dari mereka. Tapi setelah satu bulan, saya yakin, seperti semua orang yakin, setelah satu bulan, mereka akan menerapkan aturan menjijikkan terhadap warga Afghanistan dan aturan itu akan sangat berbahaya, terutama bagi perempuan," tutur Meena Azimi mendukung pernyataan Saeeda.
Ratusan warga Afghanistan belajar di perguruan tinggi dan universitas di India dengan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah India untuk memajukan pendidikan di Afghanistan.
Ketakutan di kalangan mahasiswa, seperti Saeeda Dilyabi itu, diperdalam oleh gambaran orang-orang Afghanistan yang mencoba melarikan diri dari negara itu. Dia juga khawatir bahwa latar belakang militer keluarganya akan menjadikannya target dan tidak percaya dengan pernyataan Taliban bahwa tidak akan ada pembalasan.
“Salah satu saudara laki-laki saya dibunuh oleh Taliban pada 2016 dalam ledakan bom saat dia bertugas dan salah satu adik laki-laki saya yang juga di militer melarikan diri karena pernyataan yang kami dapatkan dari Taliban. Jadi sangat berisiko," papar Saeeda Dilyabi.
Sebagian mahasiswa merasa masa depan mereka telah direnggut. Ali Nazar Nabizada adalah mahasiswa pascasarjana yang bercita-cita untuk bergabung dengan pemerintah di Kabul. Sekarang dia ingin menetap di India.
“Saya tidak ingin kembali ke sana karena Anda tahu bahwa Taliban tidak akan menerima pengetahuan saya," kata Ali Nazar Nabizada.
Ia mengatakan hal itu memilukan.
“Saya telah kehilangan segalanya. Saya memiliki negara yang indah yang sekarang dikuasai oleh sekelompok teroris yang dikenal di seluruh dunia. Dari hati, saya hancur sekarang, saya benar-benar hancur," tambahnya.
Sebagian mahasiswa Afghanistan di India memiliki pilihan. Meena Azimi telah membuat rencana untuk bermigrasi ke Kanada dan tidak tahu apakah dia akan pernah kembali ke Tanah Airnya.
“Saya pasti ingin melihat negara saya, dalam kondisi apa negara saya, saya akan senang. Tetapi dalam situasi Taliban, jika setelah 20 tahun pemerintahan tetap berada di tangan Taliban, maka saya tidak akan lagi melihat Afghanistan," kata Meena Azimi.
Sebagian mahasiswa yang lain mungkin harus kembali. Meski skeptis, mereka sangat ingin Taliban memenuhi janjinya untuk bersikap lebih moderat, seperti disampaikan oleh Saeeda Dilyabi.
“Kami berharap mereka benar-benar berubah, pikiran mereka, perilaku mereka terhadap perempuan," katanya.
Harapan yang sama disampaikan oleh Ali Nazar Nabizada.
“Kami juga berharap mereka menepati kata-kata mereka sekarang.”
Untuk saat ini, masih harus dilihat apakah wajah progresif Afghanistan yang ditunjukkan oleh para mahasiswa itu akan menemukan tempat di bawah kekuasaan Taliban. [lt/jm]