Anak-anak di daerah Washington bersemangat untuk membangun rancangan mereka. Mereka berpartisipasi dalam lokakarya pembelajaran yang diberikan oleh SparkTruck, diprakarsai oleh para mahasiswa/i Stanford University.
Tahun lalu, para mahasiswa itu meluncurkan apa yang disebut kendaraan pendidikan dan membayanya keliling negara selama dua bulan untuk memberikan lokakarya pada hampir 3.000 anak-anak.
Dalam tahun kedua program ini, beberapa mahasiswa dari tiga perguruan tinggi lainnya di California turut bergabung bersama mereka.
"Kami mencoba membawa lokakarya kreativitas dan desain kepada anak-anak di seluruh negara, membawakan pada mereka alat-alat dan bahan," ujar Bengi Kuroda dari Art Center College of Design, "dan menunjukkan pada mereka semua hal yang dapat diakses oleh mereka meski mereka tidak mendapatkannya di sekolah."
Program itu dimulai dengan saling bertukar ide, kemudian membangun prototipe dari apa pun yang mereka impikan.
"Saya ingin membuat monster bermata satu yang terbang," ujar Owen Whitman, salah satu peserta lokakarya.
"Senang sekali membuat benda-benda baru dan belajar..bagaimana listrik bekerja."
"Kami tidak sempurna karena tidak semua dari kami adalah desainer. Kami juga bukan insinyur semuanya," ujar Kuroda.
"Tapi kami ingin memberikan apa yang menurut kami merupakan bagian penting dari kurikulum, yaitu berfikir kreatif dan tidak takut membuat kesalahan."
Anak-anak juga mendapat kesempatan mengendalikan robot-robot LEGO, juga mencoba alat-alat teknologi tinggi, seperti pemotong laser dan mesin pencetak tiga dimensi, selain alat-alat tradisional lainnya.
"Ini sangat menyenangkan, dan saya bahkan tidak pernah tahu bagaimana misalnya benda bergetar," ujar salah satu peserta lain, Fadilat Adefola Raji.
"Rasanya asyik berada di sini, dan mesin ini keren sekali."
Kertas-kertas berisi rancangan setiap peserta ditempel di langit-langit truk.
"Saya kira program ini menyalakan imajinasi anak-anak," ujar Phyllis Klein, pemilik laboratorium Fab Lab DC, yang menjadi tuan rumah lokakarya di Washington.
"Kegiatan ini membuka jendela pada hal-hal yang ingin mereka lakukan, pada kemungkinan-kemungkinan."
Tim SparkTruck mengatakan mereka mendapat manfaat dari program tersebut, selain berbagi semangat mengenai pembelajaran langsung.
"Saya belajar mengenai bagaimana bekerja dengan anak-anak," ujar Brittany Hallawell dari Stanford University. "Saya melihat bagaimana banyak anak-anak hampir menyerah namun akhirnya membuat sesuatu. Hal ini menjadi inspirasi untuk saya."
SparkTruck didanai sebagian oleh Kickstarter, sebuah laman penggalangan dana untuk proyek-proyek kreatif, serta donasi perusahaan. Meski berkeliling selama dua bulan cukup menantang, namun para sukarelawan ini berharap dapat menambah jumlah kendaraan di masa yang akan datang. (VOA/Jane Soh)
Tahun lalu, para mahasiswa itu meluncurkan apa yang disebut kendaraan pendidikan dan membayanya keliling negara selama dua bulan untuk memberikan lokakarya pada hampir 3.000 anak-anak.
Dalam tahun kedua program ini, beberapa mahasiswa dari tiga perguruan tinggi lainnya di California turut bergabung bersama mereka.
"Kami mencoba membawa lokakarya kreativitas dan desain kepada anak-anak di seluruh negara, membawakan pada mereka alat-alat dan bahan," ujar Bengi Kuroda dari Art Center College of Design, "dan menunjukkan pada mereka semua hal yang dapat diakses oleh mereka meski mereka tidak mendapatkannya di sekolah."
Program itu dimulai dengan saling bertukar ide, kemudian membangun prototipe dari apa pun yang mereka impikan.
"Saya ingin membuat monster bermata satu yang terbang," ujar Owen Whitman, salah satu peserta lokakarya.
"Senang sekali membuat benda-benda baru dan belajar..bagaimana listrik bekerja."
"Kami tidak sempurna karena tidak semua dari kami adalah desainer. Kami juga bukan insinyur semuanya," ujar Kuroda.
"Tapi kami ingin memberikan apa yang menurut kami merupakan bagian penting dari kurikulum, yaitu berfikir kreatif dan tidak takut membuat kesalahan."
Anak-anak juga mendapat kesempatan mengendalikan robot-robot LEGO, juga mencoba alat-alat teknologi tinggi, seperti pemotong laser dan mesin pencetak tiga dimensi, selain alat-alat tradisional lainnya.
"Ini sangat menyenangkan, dan saya bahkan tidak pernah tahu bagaimana misalnya benda bergetar," ujar salah satu peserta lain, Fadilat Adefola Raji.
"Rasanya asyik berada di sini, dan mesin ini keren sekali."
Kertas-kertas berisi rancangan setiap peserta ditempel di langit-langit truk.
"Saya kira program ini menyalakan imajinasi anak-anak," ujar Phyllis Klein, pemilik laboratorium Fab Lab DC, yang menjadi tuan rumah lokakarya di Washington.
"Kegiatan ini membuka jendela pada hal-hal yang ingin mereka lakukan, pada kemungkinan-kemungkinan."
Tim SparkTruck mengatakan mereka mendapat manfaat dari program tersebut, selain berbagi semangat mengenai pembelajaran langsung.
"Saya belajar mengenai bagaimana bekerja dengan anak-anak," ujar Brittany Hallawell dari Stanford University. "Saya melihat bagaimana banyak anak-anak hampir menyerah namun akhirnya membuat sesuatu. Hal ini menjadi inspirasi untuk saya."
SparkTruck didanai sebagian oleh Kickstarter, sebuah laman penggalangan dana untuk proyek-proyek kreatif, serta donasi perusahaan. Meski berkeliling selama dua bulan cukup menantang, namun para sukarelawan ini berharap dapat menambah jumlah kendaraan di masa yang akan datang. (VOA/Jane Soh)