SURABAYA —
Persoalan sampah menjadi masalah serius kota-kota besar seperti Surabaya, terlebih sampah plastik yang membutuhkan ratusan tahun untuk dapat terurai di alam.
Berdasarkan keadaan itu, beberapa mahasiswa desain komunikasi visual di Universitas Kristen Petra, Surabaya, mengolah sampah plastik menjadi minyak tanah.
Sampah plastik menurut mahasiswa Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Petra Surabaya, Jeniffer, merupakan penyebab banyak permasalahan sosial maupun lingkungan, yang belum disadari masyarakat banyak.
“Karena sampai hari ini kalau bisa kita lihat ya, plastik itu banyak sekali dan orang-orang itu kebanyakan itu tidak peduli. Ini nanti sampahnya, plastik ini mau diapain tidak peduli, yang penting mereka pakai sekarang, sudah selesai buang, mau numpuk juga tidak peduli. Padahal sampahnya kalau numpuk bisa sampai bikin banjir, terus bikin macam-macam yang bikin kita sendiri susah,” ujarnya.
Dosen jurusan desain komunikasi visual, Deddi Duto Hartanto mengatakan, tong sampah pengolah plastik dibuat secara khusus, sehingga mampu menghasilkan minyak tanah yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
“Alat ini drum sampah yang dimodifikasi, diberi sekrup dan sebagainya, kemudian ada pipa yang mengalirkan, jadi pipa ini sebetulnya untuk menjalankan proses perjalanan panasnya tadi, mengalir terus setiap tetes-tetes-tetes ditaruh di botol. Sebetulnya bukan alat khusus, cuma dia menciptakan supaya bisa digunakan oleh orang banyak ya, jadi bukan satu personal, jadi alat besar ini itu untuk menampung banyak sampah, sampah apapun dari plastik,” ujarnya.
Mahasiswa lain bernama Stefanie Ivana menambahkan, masyarakat juga dapat membuat sendiri alat pengolahan sampah plastik, yang dapat diperoleh dari bahan kaleng atau besi yang sudah tidak terpakai.
“Meskipun kita tidak membuat alat sendiri, kita menggunakan dari kaleng-kaleng yang, kaleng makanan biskuit itu juga bisa, pokoknya prinsipnya itu kita menggunakan kaleng besi,” ujarnya.
Ditambahkan oleh Jeniffer, meski tidak dapat menghasilkan minyak tanah dalam jumlah yang besar, pengolahan sampah plastik ini diyakini dapat mengurangi volume sampah plastik yang ada di lingkungan sekitar.
“Memang hasilnya sih tidak terlalu banyak, cuma kalau kita bisa lihat dari kegunaannya dan juga mengurangi sampah plastiknya itu kita bisa mengurangi banyak sekali. Memang dari satu tong itu kalau misalnya penuh, paling kalau botol air mineral yang kecil itu cuma bisa menghasilkan setengah (liter), tapi kan kita di sini melihatnya segitu banyaknya sampah itu kita bisa olah, kita ubah jadi bahan yang lebih baik,” ujarnya.
Berdasarkan keadaan itu, beberapa mahasiswa desain komunikasi visual di Universitas Kristen Petra, Surabaya, mengolah sampah plastik menjadi minyak tanah.
Sampah plastik menurut mahasiswa Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Petra Surabaya, Jeniffer, merupakan penyebab banyak permasalahan sosial maupun lingkungan, yang belum disadari masyarakat banyak.
“Karena sampai hari ini kalau bisa kita lihat ya, plastik itu banyak sekali dan orang-orang itu kebanyakan itu tidak peduli. Ini nanti sampahnya, plastik ini mau diapain tidak peduli, yang penting mereka pakai sekarang, sudah selesai buang, mau numpuk juga tidak peduli. Padahal sampahnya kalau numpuk bisa sampai bikin banjir, terus bikin macam-macam yang bikin kita sendiri susah,” ujarnya.
Dosen jurusan desain komunikasi visual, Deddi Duto Hartanto mengatakan, tong sampah pengolah plastik dibuat secara khusus, sehingga mampu menghasilkan minyak tanah yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
“Alat ini drum sampah yang dimodifikasi, diberi sekrup dan sebagainya, kemudian ada pipa yang mengalirkan, jadi pipa ini sebetulnya untuk menjalankan proses perjalanan panasnya tadi, mengalir terus setiap tetes-tetes-tetes ditaruh di botol. Sebetulnya bukan alat khusus, cuma dia menciptakan supaya bisa digunakan oleh orang banyak ya, jadi bukan satu personal, jadi alat besar ini itu untuk menampung banyak sampah, sampah apapun dari plastik,” ujarnya.
Mahasiswa lain bernama Stefanie Ivana menambahkan, masyarakat juga dapat membuat sendiri alat pengolahan sampah plastik, yang dapat diperoleh dari bahan kaleng atau besi yang sudah tidak terpakai.
“Meskipun kita tidak membuat alat sendiri, kita menggunakan dari kaleng-kaleng yang, kaleng makanan biskuit itu juga bisa, pokoknya prinsipnya itu kita menggunakan kaleng besi,” ujarnya.
Ditambahkan oleh Jeniffer, meski tidak dapat menghasilkan minyak tanah dalam jumlah yang besar, pengolahan sampah plastik ini diyakini dapat mengurangi volume sampah plastik yang ada di lingkungan sekitar.
“Memang hasilnya sih tidak terlalu banyak, cuma kalau kita bisa lihat dari kegunaannya dan juga mengurangi sampah plastiknya itu kita bisa mengurangi banyak sekali. Memang dari satu tong itu kalau misalnya penuh, paling kalau botol air mineral yang kecil itu cuma bisa menghasilkan setengah (liter), tapi kan kita di sini melihatnya segitu banyaknya sampah itu kita bisa olah, kita ubah jadi bahan yang lebih baik,” ujarnya.