Tautan-tautan Akses

Mahasiwa Iran di AS Hadapi Kekacauan


Seorang mahasiswa Universitas Sahar Mehrabi membacakan pidatonya dalam pertemuan dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei di Teheran. (Foto: AP)
Seorang mahasiswa Universitas Sahar Mehrabi membacakan pidatonya dalam pertemuan dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei di Teheran. (Foto: AP)

Pemandangan yang menunjukkan mahasiswa-mahasiswa Iran yang mengenakan seragam penjara, memasang penutup kepala, dan mengikat diri dengan rantai di universitas, banyak terlihat pada protes politik terhadap kebijakan Amerika terhadap Iran pada tahun 80-an. Kini, keturunan mereka mengaku takut untuk melakukan protes di AS, karena ancaman kejahatan kebencian atau dipersulitnya masalah imigrasi mereka, sehingga akan menghambat studi mereka di Amerika.

“Warga Iran dan Amerika yang lebih tua sering membahas tentang mahasiswa Iran dan betapa aktifnya mereka dalam politik di Amerika di masa lalu,” kata Mana Kharazzi, Direktur Eksekutif the Iranian Alliances Across Borders. Kharazzi lahir di Iran tetapi berimigrasi ke AS bersama orang tuanya ketika berusia 4 tahun. “Itu bukanlan kenyataan yang sekarang, sekarang hal itu menjadi mimpi yang buruk.”

Warga Iran generasi muda, baik mahasiswa maupun imigran di AS mengatakan, kekacauan politik terbaru dan kekerasan sesudahnya mengancam akan menyebar ke dunia internasional. Hal itu juga membayang-bayangi kehidupan, studi, dan karir warga Iran di AS.

“Propaganda yang mengiringi persiapan perang membuat warga Iran di Amerika rentan,” demikian cuitan dari Sam Sinai, seorang lulusan MIT dan Harvard. “Hal ini menakutkan untuk seorang yang berasal dari sebuah negara yang terus menerus digambarkan secara buruk di TV dan juga pada saat imigran digambarkan sebagai sebuah ancaman.”

Kharazzi mengatakan, mahasiswa Iran datang ke Amerika untuk menuntut ilmu dan bekerja karena alasan yang sama seperti orang-orang lainnya, yaitu Amerika memiliki lembaga pendidikan yang terbaik.

Tetapi kombinasi kekacauan dan situasi tidak aman di Iran, peningkatan ketegangan di antara kedua negara, kejahatan kebencian dan retorika politik di Amerika terhadap warga Muslim dan imigran, berpengaruh pada mahasiswa yang sedang menuntut pendidikan tinggi dan mencari kebebasan dan kesempatan di AS.

Kharazzi mengutip sebuah insiden pada 2013 ketika mahasiswa di University of Minnesota tiba-tiba dihadapkan pada penutupan rekening bank mereka tanpa penjelasan, setelah Amerika memperketat sanksi terhadap Iran.

Kharazzi dan Sinai juga merujuk pada laporan-laporan bahwa mahasiswa Iran diberikan visa masuk tunggal, yang membatasi perjalanan ke dan dari AS, “yang berarti selain stres sekolah, dan daur konflik yang tidak habis-habisnya, mereka juga tidak bisa mengunjungi orang tua mereka.”

“Saya pribadi beruntung karena punya sistem dukungan yang kuat, tetapi saya juga menyaksikan penderitaan yang terjadi dalam masyarakat saya. Ada kemarahan, kebingungan, kekhawatiran, dan depresi,” demikian tulisnya dari Cambridge, Massachussetts.

VOA berusaha menghubungi beberapa mahasiswa asosiasi mahasiswa Iran di Amerika, tetapi tidak ada yang menjawab. Kata Kharazzi, mahasiswa sekarang kecil kemungkinan bersedia berbicara tentang kesulitan imigrasi, penundaan pelintasan perbatasan dan ancaman pengusiran. Pada September 2019, awal dari tahun akademis yang baru, beberapa mahasiswa Iran dibatalkan visa masuk AS-nya di bandara Teheran. [jm/ii]

XS
SM
MD
LG