BAMAKO —
Suasana lengang setelah kampanye dua kandidat, Ibrahim Boubacar Keita dan Soumaila Cisse selama 48 jam berakhir.
Mahkamah Konstitusi tidak mengkonfirmasi hasil pemungutan suara putaran pertama bulan lalu, sampai Rabu. Tapi hari itu adalah malam terakhir Ramadan, sehingga agama lebih diprioritaskan ketimbang politik.
Baru hari Jumat malam iring-iringan kendaraan dengan sorak-sorai anak-anak muda di jalanan Bamako menandakan bahwa kampanye sedang berlangsung.
Anak-anak muda yang semuanya mengenakan kaos oblong yang menunjukkan dukungan bagi Soumalia Cisse berkumpul dalam pawai kecil yang jumlahnya tidak sampai seribu orang.
Moussa Coulibaly, tokoh pemuda partai Cisse, Partai URD memasang papan reklame dadakan di panggung. Poster-poster kecil dari empat partai yang mendukung pemilihan putaran kedua Cisse ditempel pada papan itu.
Ini menimbulkan pertanyaan: apakah dukungan ini cukup bagi Cisse untuk mengalahkan Keita dalam pemilihan putaran kedua. Keita mendominasi 39 persen suara dan mendapat dukungan dari 20 kandidat putaran pertama. Total ada 28 kandidat pada putaran pertama.
Coulibaly mengatakan itu sudah cukup. Partai URD yakin sudah melakukan banyak mobilisasi untuk meraih pemilih ke pihaknya. Partai URD sudah memaparkan apa yang sudah dikerjakan Soumaila dan apa yang ingin dilakukannya sebagai presiden.
Cisse dan Keita, keduanya berusia 60-an, adalah tokoh lama dalam politik Mali, tapi para pendukung mereka mengatakan keduanya sangat berbeda.
Cisse adalah teknokrat dari utara. Kampanyenya difokuskan pada pemulihan ekonomi. Keita pernah menjadi perdana menteri dan mantan presiden Majelis Nasional dari selatan. Kampanyenya berfokus pada memulihkan kehormatan Mali dan kekuatan militer.
Tidak seperti Cisse, Keita tidak membuat penampilan kampanye publik. Timnya membatalkan kampanye di stadion yang direncanakan hari Jumat, mengutip kekhawatiran akan keamanan tapi tidak menjelaskan lebih rinci.
Pendukung kedua kandidat itu mengatakan mereka memusatkan perhatian agar warga datang ke TPS dan memilih pada hari Minggu.
Mahkamah Konstitusi tidak mengkonfirmasi hasil pemungutan suara putaran pertama bulan lalu, sampai Rabu. Tapi hari itu adalah malam terakhir Ramadan, sehingga agama lebih diprioritaskan ketimbang politik.
Baru hari Jumat malam iring-iringan kendaraan dengan sorak-sorai anak-anak muda di jalanan Bamako menandakan bahwa kampanye sedang berlangsung.
Anak-anak muda yang semuanya mengenakan kaos oblong yang menunjukkan dukungan bagi Soumalia Cisse berkumpul dalam pawai kecil yang jumlahnya tidak sampai seribu orang.
Moussa Coulibaly, tokoh pemuda partai Cisse, Partai URD memasang papan reklame dadakan di panggung. Poster-poster kecil dari empat partai yang mendukung pemilihan putaran kedua Cisse ditempel pada papan itu.
Ini menimbulkan pertanyaan: apakah dukungan ini cukup bagi Cisse untuk mengalahkan Keita dalam pemilihan putaran kedua. Keita mendominasi 39 persen suara dan mendapat dukungan dari 20 kandidat putaran pertama. Total ada 28 kandidat pada putaran pertama.
Coulibaly mengatakan itu sudah cukup. Partai URD yakin sudah melakukan banyak mobilisasi untuk meraih pemilih ke pihaknya. Partai URD sudah memaparkan apa yang sudah dikerjakan Soumaila dan apa yang ingin dilakukannya sebagai presiden.
Cisse dan Keita, keduanya berusia 60-an, adalah tokoh lama dalam politik Mali, tapi para pendukung mereka mengatakan keduanya sangat berbeda.
Cisse adalah teknokrat dari utara. Kampanyenya difokuskan pada pemulihan ekonomi. Keita pernah menjadi perdana menteri dan mantan presiden Majelis Nasional dari selatan. Kampanyenya berfokus pada memulihkan kehormatan Mali dan kekuatan militer.
Tidak seperti Cisse, Keita tidak membuat penampilan kampanye publik. Timnya membatalkan kampanye di stadion yang direncanakan hari Jumat, mengutip kekhawatiran akan keamanan tapi tidak menjelaskan lebih rinci.
Pendukung kedua kandidat itu mengatakan mereka memusatkan perhatian agar warga datang ke TPS dan memilih pada hari Minggu.