Publikasi kutipan buku, "The Depth of Our Hearts" atau Kedalaman Hati Kita, oleh harian Prancis, Le Figaro, hari Minggu pertengahan bulan ini, menuai badai di Vatikan. Beberapa mempertanyakan mengapa Benediktus, usia 92 tahun, bersedia keluar dari masa pensiunnya untuk menjadi penulis buku bersama Kardinal ultra-konservatif, Robert Sarah.
Pertengahan bulan ini, sekretaris pribadi mantan paus itu, Georg Gaenswein, mengklarifikasi meskipun Benediktus telah memberi Sarah bagian-bagian yang telah ditulisnya untuk digunakan sesuai keinginan kardinal, "ia tidak menyetujui rencana buku itu ditulis bersama. Ia juga belum melihat atau mengesahkan sampulnya."
"Itu adalah kesalahpahaman, dan kami tidak bermaksud mempertanyakan niat baik Kardinal Sarah," ujar Gaenswein kepada kantor berita Italia, ANSA.
Dalam buku itu, Benediktus dikutip mengatakan ia "tidak bisa diam" tentang isu yang memecah belah, apakah mengizinkan atau tidak, laki-laki yang sudah menikah menjadi pastor- dan dengan tegas menentangnya.
Paus Fransiskus baru-baru ini mempertimbangkan mengizinkan pastor yang menikah di lokasi terpencil, seperti Amazon, di mana masyarakat jarang mengadakan misa karena kurangnya pastor. Ia diperkirakan akan menerbitkan keputusannya itu dalam beberapa pekan mendatang.
Pakar Vatikan menyatakan mereka terperangah Benediktus yang pensiun dari kepausan berbicara secara terbuka tentang topik yang sensitif itu, dan sumber-sumber mengatakan Benediktus tidak pernah mengizinkan penerbitan buku itu.
"Benediktus XVI tidak pernah melihat, juga tidak mengesahkan sampulnya, juga tidak memberi wewenang penerbitan buku yang ditulis bersama," ujar sumber di Vatikan yang "sangat dekat" dengan mantan paus itu kepada Elisabetta Pique, koresponden Vatikan untuk harian La Nacion, Argentina.
Melalui Twitter, Kardinal Sarah membela diri. Ia menulis, Benediktus tahu kerjasama mereka akan menjadi buku, dan mereka telah bolak-balik mengirim berkas buku itu untuk koreksi. Ia kemudian merilis pernyataan, menegaskan "kasihnya" untuk Benediktus dan "ketaatan" pada Paus Fransiskus, dan tampaknya terpaksa mendebat tentang masalah ini.
"Mempertimbangkan polemik yang ditimbulkan, untuk publikasi selanjutnya diputuskan bahwa penulis buku itu adalah: Kardinal Sarah, dengan kontribusi Benediktus XVI," tulis Sarah dalam cuitan. "Namun, teks lengkapnya tetap, sama sekali tidak berubah," ia bersikeras.
Buku itu berisi esai oleh Benediktus dan esai lain oleh Sarah, dengan pengantar dan kesimpulan yang ditulis bersama. Pada sampul buku tersebut tampil mantan paus itu dan Kardinal Sarah.
Penerbit Amerika, Ignatius Press, mengatakan versi buku mereka akan tetap ditulis bersama karena "kedua laki-laki itu bekerja sama untuk buku ini selama beberapa bulan".
Mengingat "karya bersama sebagaimana didefinisikan Chicago Manual of Style adalah 'karya yang disiapkan oleh dua atau lebih penulis dengan maksud kontribusi mereka digabung menjadi bagian-bagian yang tidak terpisahkan atau saling bergantung dalam satu kesatuan yang utuh,' Ignatius Press menganggap ini sebagai publikasi yang ditulis bersama," kata pernyataan.
Seperti yang dikutip dari AFP, pakar Vatikan Christopher Lamb mengatakan kontroversi bukan tentang isi buku itu, tetapi lebih pada "penggunaan wewenang pensiunan paus untuk menyampaikan pendapatnya." "Tidak ada yang ragu bahwa Benediktus menyetujui premis buku itu," tulis Lamb di Twitter.
Harian Republica Italia ikut berbicara dalam kontroversi itu. Dilaporkan, di bekas biara yang terletak di tengah taman Vatikan, tempat tinggal Benediktus sejak menjadi paus pertama yang mengundurkan diri dalam hampir 600 tahun, kekhawatirannya adalah "paus emeritus itu telah dimanfaatkan tanpa sepengetahuannya."
Harian itu memperingatkan "risikonya nyata bahwa ada orang-orang yang memanfaatkan Benediktus untuk memajukan agenda mereka sendiri." [ka/jm]