Tangis pecah saat keempat mantan sandera di Somalia itu bertemu keluarga di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Senin (31/10).
Keempat bekas tawanan itu, Elson Pesireron (32 tahun) asal Ambon, Supardi (34 tahun) dari Cirebon, Sudirman (24 tahun) asal Medan, dan Adi Manurung (32 tahun) dari Medan, saling berpelukan dengan anggota kerabat masing-masing dalam proses serah terima yang dilakukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Keempat pelaut Indonesia ini termasuk dalam kelompok 26 sandera yang dibebaskan oleh perompak Somalia pada 22 Oktober lalu.
Dalam sambutannya, Retno Marsudi menjelaskan proses pembebasan keempat sandera itu di Somalia kian diintensifkan setelah ada instruksi dari Presiden Joko Widodo Januari tahun lalu. Retno mengakui proses pembebasan berlangsung lama karena begitu rumitnya situasi di Somalia dan beragam kerumitan lainnya.
Retno Marsudi mengatakan selama satu setengah tahun para sandera berada di dalam kapal dan tiga tahun lainnya baru dibawa ke daratan.
"Dapat saya sampaikan pada detik-detik terakhir menjelang pelepasan sandera, masih terdapat upaya kelompok lain ingin mengambil alih para sandera. Hal ini menunjukkan betapa rumitnya situasi setempat sehingga upaya untuk pembebasan sandera memakan waktu cukup lama," kata Retno Marsudi.
Retno Marsudi menambahkan pada 23 Oktober 2016 para sandera tiba di bandar udara di Ibu Kota Nairobi, Kenya, dan langsung dijemput oleh duta besar Indonesia dan tim dari Kementerian Luar negeri dipimpin Lalu Muhammad Iqbal, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia.
Retno Marsudi kemudian meminta keempat sandera yang telah dibebaskan itu dibawa ke Wisma Indonesia. Alasannya, menurut Retno Marsudi, agar keempat pelaut Indonesia ini langsung merasa masuk ke rumah Indonesia.
Sehari berselang, Retno Marsudi menerangkan, Elson Pesireron, Supardi, Sudirman, dan Adi Manurung, menjalani pemeriksaan kesehatan dan pemulihan. Pada 28 Oktober mereka tiba di Indonesia. Keempat pelaut ini pada 30 Oktober mengunjungi rumah keluarga mendiang Nasirin di Cirebon.
Selain untuk menyampaikan ucapan duka, kata Retno Marsudi, keempat bekas sandera di Somalia itu menyampaikan kepada kerabat Nasirin bahwa prosesi pemakaman jenazah Nasirin berlangsung sesuai syariat Islam.
Seraya menahan haru, Semi Pesireron, kakak dari Elson Pesireron, menjelaskan pihak keluarga baru mendapat kabar Elson disandera pada 2013. Pihak keluarga kemudian meminta konfirmasi kepada pihak agen yang mengirim Elson bekerja, namun hasilnya mengecewakan.
"Awal 2015, dari pihak Kemenlu ada beberapa stafnya mendatangi keluarga masing-masing. Ada yang ke Ambon, Medan, Cirebon, untuk menginformasikan kepada kami mengenai keberadaan anak-anak maupun saudara-saudara kami berada di Somalia. Itu informasi awal kami terima dan kami sangat bersyukur karena semenjak 2013 sampai awal 2014, tidak ada kabar kami terima sebagai keluarga," kata Semi Pesireron.
Sejatinya, ada 29 anak buah kapal Naham 3, berbendera Oman, yang disandera sejak Maret 2012, ketika kapal ini tengah berlayar di Samudera Hindia dan dirompak di selatan Seychelles. Namun seorang pelaut meninggal ketika berlangsung pembajakan dan dua lainnya, termasuk Nasirin dari Indonesia, mengembuskan napas terakhir karena sakit ketika ditawan.
Selain dari Indonesia, 26 sandera yang dibebaskan itu berasal dari Kamboja, China , Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Mereka bekerja di Naham 3 milik perusahaan Al-Naham 3 Fishing Company, berkantor pusat di Ibu Kota Muskat, Oman. Sedangkan operator kapal Naham 3 itu adalah Jiang Chang Marine Enterprises, perusahaan di Taiwan. Para pelaut Indonesia ini diberangkatkan oleh perusahaan agen kapal di Singapura bernama Step Up Marine Enterprises Pte. Ltd. [fw/lt]