Tautan-tautan Akses

Mantan Sekjen PBB Desak Junta Myanmar Akhiri Kekerasan


Jenderal Senior Min Aung Hlaing, kanan, kepala dewan militer, berbicara dengan Ban Ki Moon, kiri, mantan Sekretaris Jenderal PBB, selama pertemuan mereka pada Senin, 24 April 2023, di Naypyitaw, Myanmar. (Foto: via AP)
Jenderal Senior Min Aung Hlaing, kanan, kepala dewan militer, berbicara dengan Ban Ki Moon, kiri, mantan Sekretaris Jenderal PBB, selama pertemuan mereka pada Senin, 24 April 2023, di Naypyitaw, Myanmar. (Foto: via AP)

Mantan sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon pada hari Selasa (25/4) mendesak militer Myanmar agar menghentikan kekerasan dan melakukan dialog dengan lawan-lawannya untuk mengakhiri krisis berdarah di negara yang dilanda konflik itu.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada Februari 2021, yang memicu pertempuran di seluruh wilayahnya dan membebani ekonomi.

Upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis terhenti, dengan sikap junta yang mengabaikan kritik internasional atas penumpasan brutal terhadap perbedaan pendapat dan menolak berdialog dengan lawan-lawannya.

Militer “harus mengambil langkah pertama,” kata Ban setelah melakukan lawatan dua hari ke Myanmar di mana dia bertemu dengan kepala junta Min Aung Hlaing dan para pejabat militer senior.

Jenderal Senior Min Aung Hlaing, tengah, kepala dewan militer, berfoto bersama dengan Ban Ki Moon, ketiga dari kiri, mantan Sekretaris Jenderal PBB, dalam pertemuan mereka pada Senin, 24 April 2023, di Naypyitaw, Myanmar. (Foto: via AP)
Jenderal Senior Min Aung Hlaing, tengah, kepala dewan militer, berfoto bersama dengan Ban Ki Moon, ketiga dari kiri, mantan Sekretaris Jenderal PBB, dalam pertemuan mereka pada Senin, 24 April 2023, di Naypyitaw, Myanmar. (Foto: via AP)

Ban juga mengatakan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) – sebuah pemerintahan bayangan yang didominasi oleh anggota parlemen dari partai Suu Kyi yang berusaha untuk membatalkan kudeta – harus menjadi bagian dari “solusi abadi.”

Militer tidak menunjukkan keinginan untuk terlibat dengan lawan-lawannya, termasuk NUG, yang oleh junta disebut sebagai organisasi “teroris.”

Kelompok-kelompok HAM menuduh junta melakukan pembantaian, membakar desa, dan menggunakan serangan udara dan artileri untuk menghukum masyarakat yang dicurigai menyembunyikan lawan-lawannya.

Serangan udara militer di sebuah desa di pusat perlawanan bulan ini menewaskan lebih dari 170 orang, menurut media dan penduduk setempat.

Junta membenarkan kudeta yang dilakukannya dengan tuduhan terjadinya penipuan yang tidak terbukti dalam pemilihan tahun 2020 yang dimenangkan secara meyakinkan oleh partai Suu Kyi, dan berjanji untuk mengadakan pemilihan baru.

“Menyelenggarakan pemilu dalam kondisi saat ini berisiko menimbulkan kekerasan dan perpecahan lebih lanjut, dan hasilnya tidak akan diakui oleh rakyat Myanmar,” kata Ban.

Pernyataan itu tidak menyebutkan apakah Ban meminta pertemuan dengan Suu Kyi, yang saat ini menjalani hukuman penjara 33 tahun setelah serangkaian persidangan tertutup yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan pengadilan bohong-bohongan.

Kunjungan Ban dimuat di halaman depan surat kabar Global New Light of Myanmar yang didukung negara pada hari Selasa, yang tidak menyebutkan seruannya untuk dialog dan penghentian kekerasan.

Ban mengunjungi Myanmar dalam kapasitasnya sebagai anggota kelompok pemimpin dunia “The Elders” yang didirikan oleh Nelson Mandela, yang berusaha untuk mempromosikan perdamaian dan meredakan konflik. [lt/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG