Pasukan Amerika dan Filipina menenggelamkan sebuah kapal dengan rentetan tembakan roket berpresisi tinggi, serangan udara dan tembakan artileri dalam latihan perang terbesar kedua negara pada hari Rabu (26/4) di perairan Filipina yang menghadap ke Laut China Selatan yang disengketakan. Latihan itu kemungkinan besar akan membuat marah China.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. menyaksikan unjuk senjata Amerika dari menara observasi di kota pesisir San Antonio di provinsi Zambales, Filipina barat laut, indikasi terbaru dari dukungan kuatnya terhadap aliansi perjanjian Filipina dengan AS.
Marcos telah memerintahkan militernya untuk mengalihkan fokusnya ke pertahanan eksternal dari pertempuran antipemberontakan domestik selama puluhan tahun karena aksi China yang semakin agresif di Laut China Selatan menjadi perhatian utamanya. Pergeseran fokus pertahanan Filipina itu selaras dengan tujuan pemerintahan Biden dengan memperkuat busur aliansi di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan China dengan lebih baik.
China telah membuat marah Filipina dengan berulang kali mengintimidasi patroli angkatan laut dan penjaga pantai Filipina serta mengusir nelayan di perairan dekat pantai Filipina tetapi diklaim Beijing sebagai miliknya. Filipina telah mengajukan lebih dari 200 protes diplomatik terhadap China sejak tahun lalu, termasuk sedikitnya 77 protes sejak Marcos menjabat pada Juni.
Ketika menyaksikan latihan militer itu, Marcos, duduk di samping Duta Besar AS MaryKay Carlson dan penasihat pertahanan dan keamanan utamanya, menggunakan teropong saat roket melesat ke langit biru dari Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi AS, atau HIMARS, yang telah menjadi senjata penting bagi pasukan Ukraina untuk melawan pasukan invasi Rusia.
Latihan bersama tahunan itu disebut Balikatan (“Bahu-Membahu”).
Sekitar 12.200 personel militer AS, 5.400 pasukan Filipina, dan 111 tentara Australia ikut serta dalam latihan tersebut, yang terbesar sejak Balikatan dimulai tiga dekade lalu. (lt/uh)
Forum