Masa depan politik Yaman hari Jumat (23/1) tetap tidak pasti, dengan parlemen dikabarkan berencana memutuskan hari Minggu apakah akan menerima pengunduran diri Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi.
Presiden Hadi, Perdana Menteri Khaled Bahah dan kabinetnya mengajukan pengunduran diri hari Kamis (22/1), beberapa hari setelah milisi Houthi mengepung posisi-posisi penting pemerintah di ibukota, menuntut perubahan rancangan konstitusi.
Dengan mengutip tulisan perdana menteri di Facebook, kantor berita Reuters mengatakan, pemerintah tidak ingin terlibat dalam "kesimpangsiuran politik yang tidak konstruktif."
Pawai umum pro dan anti-Houthi di Yaman diadakan di seluruh Yaman hari Jumat, tetapi laporan-laporan dari ibukota menyebut situasi relatif tenang.
Berbicara dari Sanaa hari Jumat, utusan PBB Jamal Benomar mengajak semua pihak agar terlibat dalam konsultasi inklusif satu sama lain untuk menghasilkan kesepakatan tentang cara maju dari krisis saat ini.
Sebelumnya, Benomar mengatakan krisis politik itu hanya bisa diselesaikan jika kelompok-kelompok yang bertikai menghormati perjanjian sebelumnya yang menyerukan pembagian kekuasaan dan diakhirinya kekerasan.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, yang sedang menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Swiss, menyatakan prihatin atas situasi keamanan di Yaman.