Ketika matahari terbenam tanggal 30 Maret, masyarakat Yahudi di seluruh dunia merayakan festival Passover. Hari raya ini memperingati pembebasan orang Yahudi dari perbudakan di Mesir kuno. Beberapa hari sebelum perayaan dimulai, organisasi lintas agama yang berkantor di New York menjadi tuan rumah acara unik, di mana warga Muslim bergabung dengan orang-orang Yahudi dalam perayaan yang berlangsung di tempat yang tidak biasanya, yaitu di masjid.
Lagu-lagu, pemberkatan dan pembacaan peringatan Passover biasanya terdengar di dalam acara-acara keluarga. Tetapi perayaan-perayaan ini terjadi di masjid Manhattan, dimana warga Yahudi dan Muslim duduk bersama di satu meja. Sebuah organisasi lintas agama, Komite Solidaritas Muslim-Yahudi Brooklyn menyelenggarakan acara ini dengan dukungan Masyarakat Islam Mid-Manhattan.
Kedua agama memiliki sejarah panjang memperingati perayaan itu bersama. Imam Ahmed Dewidar dari Masyarakat Islam di Manhattan mengatakan, “Ketika nabi Muhammad pergi ke Al-Madina, dia bertanya mengapa warga Yahudi berpuasa pada hari itu. Dia diberitahu bahwa itu adalah hari yang disebut Asyura atau hari ke-10 dari bulan Muharram, yang hampir sama dengan Passover menurut penanggalan Masehi. Jadi, ia mengatakan, kita juga harus merayakannya dengan cara kita sendiri."
Rabbi Lauren Grabelle Herrmann, dari Masyarakat Bagi Kemajuan Agama Yahudi juga mengungkapkan pendapatnya, “Al-Quran adalah suci, Torah juga suci. Kami mempelajarinya, dan mengambil tradisi dari sana. Kami juga punya tradisi legalistik, seperti cara orang menggunakan Al-Quran dan menerapkannya ke dalam hukum. Sama dengan Yudaisme, kita memiliki Torah yang menjadi dasar dari tradisi dan ajaran. kami berbagi banyak tradisi yang sama, termasuk tradisi dalam berkabung dan banyak lainnya. ”
Ini adalah “Passover di Masjid” ketiga kalinya yang diprakarsai oleh Komite Solidaritas. Para peserta membaca kisah tradisional tentang pembebasan dari Haggadah dan menikmati hidangan pesta. Mereka membacakan ayat-ayat dari kitab Taurat, dan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an, menekankan hubungan persaudaraan antara Yahudi dan Islam.
Michelle Koch dari Komite Solidaritas Muslim Yahudi mengatakan, “Inti peristiwa ini bukan untuk mengubah siapapun menjadi mualaf. intinya juga jangan mengambil dari apa yang dilakukan orang di rumah. Intinya adalah untuk saling berbagi..”
Rezan Altinkaynak, seorang imigran dari Turki mengatakan, “Merayakan Passover di Masjid! Kita tidak bisa membayangkan itu terjadi di Turki. Itu tidak mungkin. Saya pikir itu hanya mungkin dilakukan di AS dan khususnya di New York."
Untuk organisasi antar-agama seperti Komite Solidaritas Muslim-Yahudi, merayakan Passover di masjid adalah kesempatan untuk menumbuhkan saling pengertian antara orang-orang dari kedua agama. Komite juga merayakan perayaan Islam, Idul Fitri dan buka puasa atau Iftar di sinagog-sinagog New York. [ps/ii]