Sekelompok massa yang marah menyerbu sebuah stasiun radio lokal di Afghanistan Utara setelah seorang imam masjid menghasut para penyerang dengan mengklaim bahwa musik keras yang diputar oleh stasiun tersebut telah mengganggu salat yang dipimpinnya.
Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), Selasa (19/1), melaporkan kejadian itu yang berlangsung Jumat pekan lalu di kota Kunduz, ibu kota provinsi Kunduz. Organisasi wartawan tersebut mengecam serangan tersebut dan menuntut dilakukannya penyelidikan.
Organisasi itu mengutip Mohsen Ahmad, direktur Radio Zohra yang menjadi sasaran dalam serangan itu, yang mengatakan bahwa massa telah merusak peralatan stasiun itu dan memaksanya menghentikan siaran selama beberapa jam. Tidak ada yang terluka dalam serangan itu.
“Keselamatan jurnalis di Afghanistan harus menjadi prioritas utama pemerintah Afghanistan,” kata IFJ yang berbasis di Brussels. Asosiasi Jurnalis Independen Afghanistan mengatakan massa yang sama juga mencoba menyerang dua stasiun radio terdekat tetapi berhasil dicegah masuk oleh polisi yang tiba di tempat kejadian.
Dalam beberapa bulan terakhir, Afghanistan telah mengalami gelombang serangan terhadap jurnalis, aktivis HAM, dan warga sipil. Kelompok kebebasan pers internasional Wartawan Tanpa Tapal Batas menyebut Afghanistan sebagai salah satu negara paling mematikan di dunia bagi wartawan.
Pada 1 Januari lalu, jurnalis dan aktivis HAM Bismillah Adil Aimaq ditembak mati oleh orang-orang bersenjata tak dikenal di jalan dekat Feroz Koh, ibu kota provinsi Ghor, di barat Afghanistan.
Ia adalah jurnalis kelima yang tewas dalam serangan sejak Oktober. Rahmatullah Nekzad, yang memimpin serikat wartawan di provinsi Ghazni, Afghanistan Timur, tewas akibat serangan orang-orang bersenjata di luar rumahnya pada akhir Desember.
Nekzad sangat terkenal di daerah tersebut dan telah berkontribusi besar pada kantor berita Associated Press sejak 2007. Ia sebelumnya bekerja untuk saluran TV satelit Al Jazeera.
Dinas Intelijen Afghanistan mengklaim dua pelaku serangan terpisah itu berhasil ditangkap dan menayangkan rekaman video keduanya yang mengaku melakukan pembantaian dan merupakan anggota Taliban. Namun, Taliban membantah terlibat dalam pembunuhan itu, dan menyebutnya sebagai tindakan pengecut. Sebagian besar provinsi Ghazni berada di bawah kendali Taliban.
ISIS, yang disalahkan atas serangkaian serangan terhadap berbagai sasaran di Afghanistan dalam beberapa bulan terakhir, mengklaim telah membunuh seorang jurnalis Afghanistan lainnya pada awal Desember. Dua penyerang melepaskan tembakan dan membunuh penyiar TV Malala Maiwand saat ia meninggalkan rumahnya di provinsi Nangarhar, Afghanistan Timur. Supirnya juga tewas.
Pada November, dua jurnalis juga tewas dalam pengeboman terpisah. [ab/uh]