Pada akhir bulan Desember ini, masyarakat muslim Indonesia yang bermukim di Amerika, kembali hadir dalam ajang silaturahmi muktamar tahunan IMSA (Indonesia Muslim Society in America) dan MISG (Malaysian Islamic Student Group) di kota Parsippany, New Jersey.
Dihadiri oleh sekitar 1.100 peserta yang datang dari berbagai negara bagian lain seperti Utah, Washington DC, Virginia, Maryland, hingga Texas, muktamar selama lima hari ini menghadirkan pembicara para tokoh dan ulama seperti Imam Shamsi Ali, Dr Rozaimi Ramli, Ustad Joban dan Saad Taslem.
Berbeda dengan muktamar-muktamar sebelumnya, tema tahun ini mengangkat potensi pemuda Islam yang mampu menghadapi tantangan global, khususnya dalam kehidupan sosial dan budaya di Amerika.
"Total registrasi yang mendaftar sekitar 1.100 peserta. 40% usia remaja dan pemuda. 17% adalah anak-anak, lalu sisanya dewasa. Ini sangat berbeda dengan muktamar sebelumnya, karena kali ini sekitar 500 peserta adalah generasi muda Muslim. Ini sesuai dengan tema tahun ini yaitu Muslim di Amerika, identitas dan pemberdayaan anak-anak muda," jelas Eko Prasetyawan, Ketua Muktamar IMSA 2018.
Berbagai sesi pertemuan dan diskusi ditujukan untuk anak-anak muda yang duduk di bangku SMU dan Universitas, seperti diskusi meniti karir masa depan, diskusi tentangmembangun identitas muslim di tengah komunitas Amerika hingga ke kompetisi talenta seni dan budaya. "Kami mempunyai concern terhadap anak-anak muda kita yang hidup di Amerika, negara dengan mayoritas non muslim.Kami ingin anak-anak muda, walaupun tinggal di Amerika, tetapi tetap mempunyai identitas Muslim Indonesia dan turut berperan aktif dalam organisasi muslim di Amerika", tambah Eko saat diwawancara produser VOA, Naratama.
Bagi Annisa Ramadini, remaja asal Elmherst, kota New York, Muktamar ini sangat bermanfaat. "Saya paling senang di kelas, ada game, dan ada pembicara yang membantu bagaimana kuliah di sini dan bagaimana membangun kehidupan sosial di sini", kata Annisa yang baru lulus SMU dan berencana kuliah di New York.
"Ini membuka wawasan saya tentang bagaimana kehidupan muslim di Amerika," tambah Annisa.
Sementara bagi Moosa Khan, remaja keturunan Pakistan dan Indonesia, muktamar ini sangat berkesan karena bisa bertemu dengan remaja-remaja muslim dari Indonesia.
"I like it a lot. Selain belajar untuk menjadi muslim yang baik, saya dapat bertemu dengan teman-teman dengan budaya yang sama. Kita juga belajar bagaimana menghadapi persoalan sehari-hari di sekolah," kata Moosan Khan yang saat ini sedang kuliah di Universitas Wayne State, Detroit, Michigan.
"Ini salah satu ajang pertemuan sesama Muslim Indonesia di Amerika. Banyak ilmu yang bisa dadapat, saya belajar bagaimana cara untuk survive hidup sebagai muslim minoritas," kata Yasmin Putri Hasanah, warga yang tinggal di Piscataway, New Jersey.
Sementara bagi dua sahabat Dessy Nurbayanti asal Maryland dan Irma Meity asal Albany, New York, muktamar ini sekaligus tempat untuk bersosialiasi dan silaturahmi.
"Di sini kita bisa saling share pengalaman sambil kumpul-kumpul sesama warga muslim Indonesia," kata Dessy dan Meity yang tampak semangat mengikuti muktamar ini.
Selain seminar, diskusi dan berbagai workshop tentang kajian surat dalam Al Qur'an, muktamar ini juga mengadakan bazar muslim yang menjual berbagai makanan halal, buku-buku tentang sejarah dan ajaran Islam serta produk-produk modest fashion muslim kekinian. [nr]
Simak Video Muktamar Masyarakat Muslim Indonesia di AS berikut ini.