Media pemerintah Tiongkok mempertanyakan apakah pasukan keamanan bertindak keterlaluan terhadap para pembangkang di provinsi Xinjiang, Tiongkok barat, dua tahun setelah kerusuhan maut yang menewaskan hampir 200 orang.
Dalam artikel memperingati genapnya dua tahun kerusuhan itu hari Selasa, surat-kabar Global Times yang dikuasai Partai Komunis mengutip seorang profesor hukum mengatakan daerah itu “terlalu menekankan pemeliharaan kestabilan” dan dapat menyulut peningkatan ketegangan.
Artikel itu mengatakan kehidupan umumnya telah pulih ke normal di Urumqi, ibukota provinsi itu. Tetapi, menurut artikel tersebut, pihak berwenang telah melipat-duakan anggaran keamanan daerah tersebut dan memasang kira-kira 40.000 kamera keamanan.
Amnesty Internasional yang berbasis di London, sementara itu, memperingati genapnya dua tahun peristiwa itu dengan laporan yang menuduh bahwa Tiongkok masih membungkam para pengeritik yang mengemukakan tindakan berlebihan pemerintah pada waktu dan setelah kerusuhan itu.
Amnesty mengemukakan bahwa para pengelola situs internet Uighur telah dipenjarakan karena berbicara dengan media asing sementara suku Uighur telah menjadi minoritas di daerah mereka sendiri.