Pertemuan untuk membahas kuota migran itu diadakan setelah Parlemen Eropa menyetujui rencana tersebut pekan lalu. Tetapi beberapa negara Eropa timur mengatakan tidak akan menyetujui rencana itu.
Hungaria telah menutup perbatasannya dengan Serbia dengan kawat berduri dan kini tentara Hungaria boleh menggunakan peluru karet, gas air mata, dan senjata-senjata non-letal lainnya. Mereka juga boleh menggeledah rumah-rumah untuk mencari migran gelap.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban yang berhaluan sayap kanan mengatakan kepada parlemen bahwa migran “menyerbu kita. Mereka tidak hanya menggedor-gedor pintu, tetapi mereka mendobrak pintu.”
Negara-negara Eropa lainnya mengecam keras reaksi Hungaria terhadap krisis migrasi itu, dan menuduhnya menggunakan kekerasan dan taktik ala Nazi.
Hungaria marah terhadap negara-negara tetangganya di selatan dan timur, dan menuduh negara-negara itu tidak berbuat banyak untuk mengendalikan gelombang kemanusiaan yang telah melintasi Laut Tengah untuk melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Suriah, Afghanistan, dan Afrika.
Hari Rabu para pemimpin Uni Eropa mengadakan pertemuan puncak mengena krisis yang menimbulkan perpecahan di benua itu. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mendesak para menteri dalam negeri Uni Eropa agar menghentikan pertengkaran mengenai rencana relokasi migran itu.
Hampir setengah juta migran telah tiba di Eropa tahun ini. Para pejabat HAM mengatakan sekitar 40 persen migran berasal dari Suriah.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan Amerika memberikan hingga 100.000 visa pengungsi setiap tahun mulai tahun 2017 – naik dari yang diberikan sekarang, yakni 70.000 visa pengungsi per tahun. [lt]