Berbagai teori lama mengacu pada perubahan iklim yang mengurangi kerindangan pohon, memaksa mereka memakan ternak dan berburu di darat. Tetapi penelitian baru menunjukkan stimulus evolusi yang berbeda.
Menurut arkeolog pada Universitas York di Inggris, hominin awal – leluhur kita - tertarik pada medan berbatu dan tidak rata yang diciptakan gunung berapi dan gempa pada era Pliosen, dua juta sampai lima juta tahun lalu.
Bebatuan yang mencuat dan ngarai memberi perlindungan dan kesempatan berburu, tetapi membutuhkan melompat kesana kemari dan memanjat serta kemampuan bergerak cepat di atas tanah yang tidak rata.
Dalam jurnal Antiquity, peneliti Eropa mengatakan, hal itu mengharuskan postur tegak lurus dan juga tangan yang lebih kuat dan lebih tangkas – dan kemudian membuat hominin menggunakan alat-alat sederhana.
Isabelle Winder, salah seorang penulis jurnal itu, mengemukakan hidup dalam lingkungan yang penuh tantangan semacam itu memicu "keterampilan kognitif yang lebih baik seperti kemampuan navigasi dan komunikasi."
Evolusi itu berlanjut menjadi spesies yang adalah kita sekarang ini.
Menurut arkeolog pada Universitas York di Inggris, hominin awal – leluhur kita - tertarik pada medan berbatu dan tidak rata yang diciptakan gunung berapi dan gempa pada era Pliosen, dua juta sampai lima juta tahun lalu.
Bebatuan yang mencuat dan ngarai memberi perlindungan dan kesempatan berburu, tetapi membutuhkan melompat kesana kemari dan memanjat serta kemampuan bergerak cepat di atas tanah yang tidak rata.
Dalam jurnal Antiquity, peneliti Eropa mengatakan, hal itu mengharuskan postur tegak lurus dan juga tangan yang lebih kuat dan lebih tangkas – dan kemudian membuat hominin menggunakan alat-alat sederhana.
Isabelle Winder, salah seorang penulis jurnal itu, mengemukakan hidup dalam lingkungan yang penuh tantangan semacam itu memicu "keterampilan kognitif yang lebih baik seperti kemampuan navigasi dan komunikasi."
Evolusi itu berlanjut menjadi spesies yang adalah kita sekarang ini.