ASPEN, COLORADO —
Keindahan jajaran pegunungan terbesar di bagian barat AS sudah mulai terlihat sesaat setelah lepas landas dalam penerbangan singkat dari bandara kota Denver ke kota kecil Aspen.
Aspen, kota tujuan wisata dengan penduduk sekitar 6.000 orang saja, terkenal dengan keindahan alamnya. Namanya diambil dari pohon pinus bernama Aspen yang tersebar di lereng pegunungan dan di berbagai penjuru kota mungil ini.
Di musim dingin, Aspen menjadi tempat tujuan populer para penggemar ski dan snowboarding. Di musim panas, para pecinta aktivitas outdoors mendatangi Aspen untuk hiking dan mountain biking.
Di musim panas juga, Aspen menjamu ribuan orang dari seluruh penjuru AS yang berkumpul untuk Aspen Ideas Festival.
Festival Ide Aspen
Dalai Lama, Bill Gates, Bill Clinton, adalah sebagian nama tersohor yang pernah tampil sebagai pembicara dalam Aspen Ideas Festival.
Dalam bentuk seminar, pengunjung Festival dapat menyaksikan tokoh-tokoh ternama mengulas berbagai ide sesuai dengan bidang keahlian mereka. Topiknya beraneka ragam. Mulai dari politik, ekonomi, hubungan luar negeri, hingga sains, kesehatan dan lingkungan hidup.
Tujuan dari festival ini adalah untuk berbagi ide. "Mencari titik temu dari berbagai ide yang berbeda dan bagaimana menjadikan ide-ide tersebut menjadi sesuatu yang nyata. It's really fun!" ujar Walter Isaacson, Presiden dan CEO Aspen Institute, penyelenggaran festival ini. Nama Isaacson paling dikenal sebagai penulis best-seller biografi Steve Jobs yang dirilis pada 2011.
Pada tahun-tahun sebelumnya, festival ini hanya terbuka bagi kalangan tertentu, sehingga memberikan kesan elitis. Namun kini, siapapun bisa menghadiri. Walaupun begitu, harga tiket festival ini memang tidak murah.
Festival yang berlangsung selama seminggu ini terbagi menjadi dua sesi, dan untuk menghadiri masing-masing sesi, peserta membayar 2500 dolar. Itu belum termasuk tiket pesawat dan biaya menginap di hotel. Sehingga tidak heran, bahwa hanya mereka yang memiliki kocek cukup dalam yang bisa menghadiri festival ini. Kebanyakan dari mereka yang menghadiri festival ini memang berasal dari kalangan ekonomi atas dan berpengaruh seperti CEO-CEO dan manajer-manajer tingkat tinggi dari berbagai industri.
Sementara warga lokal dan kota-kota sekitar Aspen dapat menghadiri berbagai acara diskusi yang digelar di beberapa hotel dan restoran di pusat kota.
Selama berlangsungnya festival, peserta dimanjakan dengan makan pagi, siang, kudapan sepanjang hari dan berbagai resepsi yang menghadirkan berbagai menu gourmet, termasuk seafood segar yang diterbangkan langsung dari daerah pesisir AS. Peserta yang ingin bersantai sejenak di tengah kesibukan mereka di festival ini juga dapat menikmati pijat gratis yang ditawarkan sebuah perusahaan sponsor acara. Kedengarannya mewah? Boleh jadi. Tapi kesan santai dan rileks juga tersimak dari interaksi antara peserta dan tokoh-tokoh yang hadir, juga dari cara berpakaian kasual para pengunjung dan penyelenggara. Tak ada formalitas yang biasa terlihat dari konferensi pada umumnya.
Seperti Kembali ke Kampus
"Banyak sekali yang dapat dipelajari di sini dari berbagai macam topik, rasanya seperti kembali ke bangku kuliah," ujar Steven N. Brourman, seorang peserta dari Los Angeles. Dengan demikian, ia merasa tidak sayang mengeluarkan uang ribuan dolar untuk menghadiri Aspen Ideas Festival.
Pada tahun kesembilannya ini, Aspen Ideas Festival menghadirkan nama-nama besar seperti mantan Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright, mantan Menteri Keuangan Henry Paulson, Hakim Mahkamah Agung Elena Kagan, musisi Yo-Yo Ma dan CEO Twitter Dick Costolo.
Belum lagi pakar-pakar seperti antara lain ekonom David Rubenstein dan Robert Rubin, ahli analisis data Nate Silver, diplomat Richard Haas, penulis dan kolumnis Thomas L. Friedman dan wartawan televisi senior Andrea Mitchell.
Optimisme akan Dunia yang Lebih Baik
Adakah yang berbeda tahun ini dari tahun-tahun sebelumnya? "Rasa optimis," ujar Isaacson. "Apakah itu mengenai teknologi, pendidikan, sumber-sumber baru energi, hingga perekonomian yang sudah mulai membaik."
Ke depannya, Aspen Ideas Festival ingin mengikutkan lebih banyak pembicara dan peserta internasional. "Orang-orang menginginkan lebih banyak keanekaragaman," kata Isaacson. Dengan lebih bersifat global, menurutnya, maka lebih banyak pula perspektif yang dapat dihadirkan.
Ide-ide baru bisa jadi bersemi setiap tahunnya dari balik pegunungan Rocky dan di antara pohon-pohon Aspen. Diharapkan, ide-ide tersebut dibawa pulang oleh para peserta bagi komunitas dan lingkungan mereka masing-masing. "Ide-ide yang dapat menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik," ujar Isaacson sebelum kembali bergegas kembali pada kesibukannya sebagai tuan rumah Aspen Ideas Festival.
Aspen, kota tujuan wisata dengan penduduk sekitar 6.000 orang saja, terkenal dengan keindahan alamnya. Namanya diambil dari pohon pinus bernama Aspen yang tersebar di lereng pegunungan dan di berbagai penjuru kota mungil ini.
Di musim dingin, Aspen menjadi tempat tujuan populer para penggemar ski dan snowboarding. Di musim panas, para pecinta aktivitas outdoors mendatangi Aspen untuk hiking dan mountain biking.
Di musim panas juga, Aspen menjamu ribuan orang dari seluruh penjuru AS yang berkumpul untuk Aspen Ideas Festival.
Festival Ide Aspen
Dalai Lama, Bill Gates, Bill Clinton, adalah sebagian nama tersohor yang pernah tampil sebagai pembicara dalam Aspen Ideas Festival.
Dalam bentuk seminar, pengunjung Festival dapat menyaksikan tokoh-tokoh ternama mengulas berbagai ide sesuai dengan bidang keahlian mereka. Topiknya beraneka ragam. Mulai dari politik, ekonomi, hubungan luar negeri, hingga sains, kesehatan dan lingkungan hidup.
Tujuan dari festival ini adalah untuk berbagi ide. "Mencari titik temu dari berbagai ide yang berbeda dan bagaimana menjadikan ide-ide tersebut menjadi sesuatu yang nyata. It's really fun!" ujar Walter Isaacson, Presiden dan CEO Aspen Institute, penyelenggaran festival ini. Nama Isaacson paling dikenal sebagai penulis best-seller biografi Steve Jobs yang dirilis pada 2011.
Pada tahun-tahun sebelumnya, festival ini hanya terbuka bagi kalangan tertentu, sehingga memberikan kesan elitis. Namun kini, siapapun bisa menghadiri. Walaupun begitu, harga tiket festival ini memang tidak murah.
Festival yang berlangsung selama seminggu ini terbagi menjadi dua sesi, dan untuk menghadiri masing-masing sesi, peserta membayar 2500 dolar. Itu belum termasuk tiket pesawat dan biaya menginap di hotel. Sehingga tidak heran, bahwa hanya mereka yang memiliki kocek cukup dalam yang bisa menghadiri festival ini. Kebanyakan dari mereka yang menghadiri festival ini memang berasal dari kalangan ekonomi atas dan berpengaruh seperti CEO-CEO dan manajer-manajer tingkat tinggi dari berbagai industri.
Sementara warga lokal dan kota-kota sekitar Aspen dapat menghadiri berbagai acara diskusi yang digelar di beberapa hotel dan restoran di pusat kota.
Selama berlangsungnya festival, peserta dimanjakan dengan makan pagi, siang, kudapan sepanjang hari dan berbagai resepsi yang menghadirkan berbagai menu gourmet, termasuk seafood segar yang diterbangkan langsung dari daerah pesisir AS. Peserta yang ingin bersantai sejenak di tengah kesibukan mereka di festival ini juga dapat menikmati pijat gratis yang ditawarkan sebuah perusahaan sponsor acara. Kedengarannya mewah? Boleh jadi. Tapi kesan santai dan rileks juga tersimak dari interaksi antara peserta dan tokoh-tokoh yang hadir, juga dari cara berpakaian kasual para pengunjung dan penyelenggara. Tak ada formalitas yang biasa terlihat dari konferensi pada umumnya.
Seperti Kembali ke Kampus
"Banyak sekali yang dapat dipelajari di sini dari berbagai macam topik, rasanya seperti kembali ke bangku kuliah," ujar Steven N. Brourman, seorang peserta dari Los Angeles. Dengan demikian, ia merasa tidak sayang mengeluarkan uang ribuan dolar untuk menghadiri Aspen Ideas Festival.
Pada tahun kesembilannya ini, Aspen Ideas Festival menghadirkan nama-nama besar seperti mantan Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright, mantan Menteri Keuangan Henry Paulson, Hakim Mahkamah Agung Elena Kagan, musisi Yo-Yo Ma dan CEO Twitter Dick Costolo.
Belum lagi pakar-pakar seperti antara lain ekonom David Rubenstein dan Robert Rubin, ahli analisis data Nate Silver, diplomat Richard Haas, penulis dan kolumnis Thomas L. Friedman dan wartawan televisi senior Andrea Mitchell.
Optimisme akan Dunia yang Lebih Baik
Adakah yang berbeda tahun ini dari tahun-tahun sebelumnya? "Rasa optimis," ujar Isaacson. "Apakah itu mengenai teknologi, pendidikan, sumber-sumber baru energi, hingga perekonomian yang sudah mulai membaik."
Ke depannya, Aspen Ideas Festival ingin mengikutkan lebih banyak pembicara dan peserta internasional. "Orang-orang menginginkan lebih banyak keanekaragaman," kata Isaacson. Dengan lebih bersifat global, menurutnya, maka lebih banyak pula perspektif yang dapat dihadirkan.
Ide-ide baru bisa jadi bersemi setiap tahunnya dari balik pegunungan Rocky dan di antara pohon-pohon Aspen. Diharapkan, ide-ide tersebut dibawa pulang oleh para peserta bagi komunitas dan lingkungan mereka masing-masing. "Ide-ide yang dapat menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik," ujar Isaacson sebelum kembali bergegas kembali pada kesibukannya sebagai tuan rumah Aspen Ideas Festival.