Lawatan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis berlangsung ketika Pentagon memfokuskan kembali prioritasnya pada apa yang disebutnya sebagai “persaingan kekuatan besar” dengan China dan Rusia.
Pemimpin Pentagon Mattis hari Jumat (19/1) mengungkap perubahan besar prioritas pertahanan Amerika.
“Kami akan terus melanjutkan kampanye melawan teroris yang dilakukan saat ini, namun persaingan kekuatan besar – bukan terorisme – kini menjadi fokus utama keamanan nasional Amerika,” katanya.
Secara khusus Strategi pertahanan Nasional yang disampaikan Mattis menyebut soal “meningkatnya ancaman” yang dilakukan China dan Rusia.
Laporan itu mengatakan China menggunakan “ekonomi predator” untuk mengintimidasi negara-negara tetangganya, sementara membangun “instalasi militer di Laut China Selatan.”
Laut China Selatan menjadi fokus utama lawatan Mattis ke Asia Tenggara.
Indonesia dan Vietnam sedang memodernisasi militer mereka dan menunjukkan kemauan yang lebih besar untuk menolak klaim China terhadap wilayah yang disengketakan itu.
Pakar politik di Universitas New South Wales di Canberra, Carl Thayer, mengatakan hal itu khususnya merujuk pada Vietnam yang merupakan mitra Amerika yang semakin penting posisinya.
“Vietnam bukan sekutu Amerika. Negara itu memiliki kebijakan pertahanan untuk “tidak bersekutu, tidak ada wilayahnya yang menjadi pangkalan, tidak bekerjasama untuk melawan pihak ketiga.” Jadi kita harus melihat kemana arah kemitraan itu. Tetapi modernisasi militer telah menjadikan negara itu sangat kuat,” ulas Thayer.
Tetapi lawatan Mattis ini juga bisa memusatkan perhatian pada prioritas-prioritas yang lebih mendesak di kawasan itu, termasuk memberi tekanan yang lebih besar pada Korea Utara dan mengatasi ratusan pejuang ISIS yang kembali dari Iran dan Suriah ke negara-negara asal mereka di Asia Tenggara.
Yang pasti, meskipun prioritas pertahanan jangka panjang mungkin berubah, masalah lama tampaknya tidak akan hilang. [em/al]