Tautan-tautan Akses

Menhan China Peringatkan 'Batasan' Kemampuan Beijing dalam Menahan Diri di Laut China Selatan


Kapal Garda Pantai Tiongkok melintas di belakang perahu milik aktivis dan sukarelawan dari koalisi non-pemerintah Atin Ito, yang berarti "Ini Milik Kita" dalam bahasa Tagalog, di Laut China Selatan pada Kamis, 16 Mei 2024. (Foto: via AP)
Kapal Garda Pantai Tiongkok melintas di belakang perahu milik aktivis dan sukarelawan dari koalisi non-pemerintah Atin Ito, yang berarti "Ini Milik Kita" dalam bahasa Tagalog, di Laut China Selatan pada Kamis, 16 Mei 2024. (Foto: via AP)

Menteri Pertahanan China Dong Jun memperingatkan pada Minggu (2/6) tentang "batasan" dari kemampuan Beijing untuk menahan di Laut China Selatan dan atas kasus penempatan rudal balistik di wilayah Asia-Pasifik.

Pernyataan Dong di forum keamanan di Singapura tersebut secara jelas mengacu pada hubungan pertahanan yang semakin erat antara Filipina dan Amerika Serikat (AS), yang bertujuan untuk menghadapi pertumbuhan kekuatan dan pengaruh militer China.

Menteri Pertahanan China Dong Jun di Hotel Shangri-La di Singapura pada 31 Mei 2024. (Foto: AFP)
Menteri Pertahanan China Dong Jun di Hotel Shangri-La di Singapura pada 31 Mei 2024. (Foto: AFP)

“China cukup menahan diri dalam menghadapi pelanggaran hak asasi manusia dan provokasi, tetapi hal ini ada batasnya,” kata Dong pada Dialog Shangri-La, yang dihadiri oleh pejabat pertahanan dari seluruh dunia.

Filipina dan AS telah lama menjalin kerja sama. Manila menjadi fokus utama upaya Washington untuk memperkuat aliansi dan kemitraan di kawasan Asia-Pasifik. Langkah itu membuat Beijing geram.

Karena Filipina berada di sekitar Laut China Selatan dan dekat dengan Taiwan, dukungan dari Filipina akan memiliki peranan yang sangat penting bagi AS jika terjadi potensi konflik. China mengklaim Taiwan sebagai bagian teritori kekuasaannya.

Angkatan Darat AS mengatakan pada April bahwa mereka mengerahkan sistem rudal Kemampuan Jarak Menengah yang mampu menembakkan Rudal Standar 6 (SM-6) dan Rudal Serangan Darat Tomahawk di Filipina utara untuk latihan gabungan tahunan.

Pengerahan “rudal balistik jarak menengah” “sangat merusak keamanan dan stabilitas regional”, kata Dong.

"Berperilaku dengan cara ini pada akhirnya akan membakar diri sendiri,” imbuhnya.

Dong juga memperingatkan tentang "batasan" kemampuan Beijing untuk mengendalikan situasi di Laut China Selatan, menyusul serangkaian konfrontasi antara kapal-kapal China dan Filipina di dekat terumbu yang diperebutkan.

Kapal Garda Pantai China beberapa kali menggunakan meriam air dalam menghadapi kapal Filipina di perairan yang diperebutkan itu. Bahkan pernah terjadi juga bentrokan yang melukai beberapa tentara Filipina.

Struktur dan bangunan China di pulau buatan di Mischief Reef di gugusan Pulau Spratly di Laut China Selatan, 20 Maret 2022. (Foto: AP)
Struktur dan bangunan China di pulau buatan di Mischief Reef di gugusan Pulau Spratly di Laut China Selatan, 20 Maret 2022. (Foto: AP)

Manila dan Beijing telah lama berselisih terkait wilayah maritim, tetapi ketegangan semakin meningkat di bawah kepemimpinan Presiden Filipina Ferdinand Marcos.

China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, mengabaikan klaim negara-negara lain, termasuk Filipina. Beijing juga mengabaikan keputusan internasional bahwa klaim mereka tidak memiliki dasar hukum.

Marcos berusaha untuk meningkatkan kerja sama dengan AS saat ia menentang langkah-langkah China di wilayah perairan tersebut.

Dalam sambutannya di forum keamanan pada Jumat (30/5), Marcos mengatakan Filipina tidak akan menyerah pada tekanan China.

“Tindakan ilegal, koersif, agresif, dan menipu terus melanggar kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi kami,” kata Marcos.

“Saya tidak bermaksud untuk menyerah,” tukasnya. "Orang Filipina tidak menyerah". [ah/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG