Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson akan melakukan perjalanan ke Afrika minggu ini, dengan agenda meningkatkan kerjasama kontra-terorisme dan memajukan hubungan timbal balik. Dia akan bertemu dengan para pemimpin dari Chad, Djibouti, Ethiopia, Kenya, dan Nigeria dalam perjalanannya dari tanggal 6 sampai 13 Maret.
Kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson ke Afrika akan dilakukan setelah penculikan massal para siswi sebuah sekolah di Nigeria.
Para Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan bahwa menemukan cara untuk memerangi insiden semacam itu dan menggalakkan kerja sama kontra-terorisme dan keamanan merupakan prioritas bagi diplomat tertinggi Amerika itu.
“Menteri Luar Negeri Tillerson akan bertemu dengan para pemimpin di setiap negara serta para pemimpin Komisi Uni Afrika, yang bermarkas besar di Ethiopia, untuk melanjutkan kemitraan kita dengan pemerintah-pemerintah dan rakyat Afrika. Secara khusus, dia berencana untuk membahas berbagai cara agar kita bisa bekerja sama dengan mitra-mitra kita untuk melawan terorisme, memajukan perdamaian dan keamanan, menggalakkan tata pemerintahan yang baik, dan memacu perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Heather Nauert.
Amerika Serikat baru-baru ini memasukkan beberapa afiliasi kelompok teror ISIS di Afrika dalam daftar hitam terorisme.
“Afrika secara tradisional merupakan wilayah di mana kelompok-kelompok teroris telah beroperasi, dan sebagian alasannya ialah karena mereka beranggapan bahwa mereka dapat bergerak melintasi perbatasan dan tidak terdeteksi. Yang kami coba lakukan adalah meningkatkan kemampuan, bukan hanya bagi otoritas militer, tapi juga otoritas keamanan perbatasan dan otoritas penegakan hukum di kawasan itu," kata Nathan Sales, duta besar khusus untuk kontraterorisme.
Menurut Departemen Luar Negeri Amerika, lima dari 10 negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia ada di Afrika. Pada tahun 2030, Afrika diperkirakan akan mewakili sekitar seperempat tenaga kerja dan konsumen dunia. Namun para ahli mengatakan bahwa lebih banyak pekerjaan harus dilakukan untuk memanfaatkan pertumbuhan itu.
Baca juga: Para Pemimpin Afrika Batal Tuntut Trump Minta Maaf
Pendapat demikian, di antaranya, disampaikan oleh Johnnie Carson dari United States Institute of Peace, yakni lembaga nirlaba yang menggalakkan perdamaian.
“Benua itu perlu bekerja dengan lebih harmonis dalam menangani isu-isu yang berkaitan dengan perawatan kesehatan, konflik, memperkuat perdagangan dan menghilangkan tarif dan berbagai hambatan yang selama ini mencegah benua itu mewujudkan potensinya,” kata Johnnie Carson dari United States Institute of Peace.
Perjalanan Tillerson ini juga dipandang sebagai kesempatan baik bagi Amerika Serikat untuk mempererat hubungan dengan negara-negara di Afrika. [lt/ab]