Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, Menteri Luar Negeri Iran, dan seorang pejabat tinggi Uni Eropa hari Jumat (29/6) bertemu di New York untuk melanjutkan percakapan diplomatik yang dimulai Kamis malam (25/9) waktu setempat. Mereka mengambil bagian dalam negosiasi mengenai pembatasan program nuklir Iran sebagai imbalan bagi pencabutan beberapa sanksi ekonomi.
Sebelumnya, hari Kamis (25/9), Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negaranya berkomitmen pada negosiasi yang serius dan jujur, tetapi tidak akan menghentikan pengayaan uranium.
"Tekanan sanksi atas program nuklir Iran telah membuat warga Iran curiga terhadap berbagai kekuatan di balik sanksi-sanksi itu," kata Presiden Iran Hassan Rouhani.
Dia mengatakan di hadapan Majelis Umum PBB bahwa mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran akan menjadi kesempatan bagi Barat untuk menunjukkan bahwa Barat tidak menentang kemajuan negara-negara lain.
“Perjanjian ini dapat membawa pesan global mengenai perdamaian dan keamanan, yang menunjukkan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai penyelesaian konflik adalah melalui negosiasi dan sikap hormat, dan tidak melalui konflik dan sanksi,” lanjutnya.
Sanksi telah menekan nilai mata uang Iran dan menyebabkan kenaikan tajam beberapa harga barang konsumen.
Dalam sebuah wawancara dengan VOA, kepala perunding Amerika dalam negosiasi tersebut, Wendy Sherman, Wakil Menteri Luar Negeri Urusan Politik, mengatakan keringanan sanksi akan menguntungkan semua rakyat Iran.
“Segera setelah kami tangguhkan sanksi-sanksi utama – yang akan terjadi segera dalam perjanjian – dunia akan membanjiri Iran. Banyak delegasi internasional sudah berkunjung ke Iran, dan mereka akan mulai melihat apa yang bisa mereka lakukan untuk Iran,” ujar Wendy Sherman.
Profesor Hillary Mann Leverett dari American University di Washington, D.C., mengatakan pembicaraan menjadi semakin sulit mengingat hanya ada waktu dua bulan yang tersisa menurut jadwal pembicaraan itu.
“Ada perpecahan yang mendalam, dan mungkin perbedaan-perbedaan mengenai isu-isu ini tidak bisa dijembatani. Tetapi pada akhirnya, kedua pihak harus memutuskan bahwa demi kepentingan strategis masing-masing, maka perlu dicapai kesepakatan, walaupun itu sebenarnya hanya suara riuh rendah,” jelas Profesor Hillary Mann Leverett.
Presiden Rouhani mengatakan Iran akan mengejar hak nuklirnya berdasarkan hukum internasional, sesuai dengan kebanggaan dan kemerdekaan nasional.
Iran dan enam negara kuat dunia (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia, China dan Jerman) menghadapi tenggat 24 November untuk menyepakati suatu perjanjian guna mengurangi program nuklir Iran sebagai imbalan atas pelonggaran sanksi-sanksi.
Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan solusi bagi isu nuklir “lebih dekat sekarang ini daripada kapanpun selama 10 tahun belakangan,” walaupun ia memperingatkan bahwa tugas yang tersisa yang masih harus diselesaikan “kemungkinan adalah yang paling sulit.”
Steinmeier menyatakan demikian setelah pertemuan hari Kamis dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, yang menyatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa Iran bertekad untuk melanjutkan program nuklirnya.
Para perunding Amerika mengatakan bahwa memerangi Negara Islam atau ISIS telah menjadi bagian dari pembicaraan dengan Iran di samping perundingan mengenai nuklir. Presiden Rouhani menyalahkan “badan-badan intelijen tertentu” atas munculnya para militan. Sambil merujuk pada serangan udara Amerika, dia mengatakan bahwa solusi untuk menghentikan para militan harus datang dari Timur Tengah sendiri.