Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo memberitahu negara-negara sekutu di Timur Tengah dan Eropa bahwa Amerika akan mundur dari perjanjian nuklir dengan Iran kecuali jika perjanjian itu dapat diperbaiki. Pompeo memulai lawatan resmi pertamanya ke luar negeri hanya beberapa jam setelah ia dilantik hari Kamis (26/4).
Setelah menghadiri pertemuan NATO di Brussels, ia menuju Timur Tengah untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi di Arab Saudi, Israel dan Yordania. Wartawan VOA Zlatica Hoke melaporkan, peran Iran di kawasan Timur Tengah menjadi topik utama dalam agenda pembicaraan itu.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo memberitahu negara-negara sekutu bahwa Amerika Serikat sangat prihatin atas upaya Iran mendominasi Timur Tengah dan ambisi nuklirnya. Ia mengukuhkan rencana presiden Amerika untuk menarik diri dari perjanjian nuklir, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang ditandatangani oleh Amerika dan lima negara lainnya dengan Iran pada tahun 2015.
“Berkenaan dengan JCPOA, Presiden Trump telah sangat jelas. Perjanjian ini cacat. Ia telah mengarahkan pemerintah untuk berupaya memperbaikinya, dan apabila kami tidak dapat memperbaikinya, ia akan mundur dari perjanjian tersebut. Ini sangat lugas,” kata Mike Pompeo.
Israel adalah penentang keras perjanjian itu sejak awal perundingannya. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memuji keputusan Trump dalam pertemuannya dengan Pompeo.
“Apabila orang mengira agresi Iran akan berkurang sebagai hasil penandatanganan perjanjian nuklir tersebut, yang telah terjadi adalah sebaliknya, dan Iran sedang berupaya untuk menguasai satu demi satu negara. Iran harus dihentikan. Upayanya memiliki bom nuklir harus dihentikan. Agresinya harus dihentikan, dan kita berkomitmen untuk menghentikannya bersama-sama,” jelas Netanyahu.
Menteri Luar Negeri Amerika itu menuduh Iran mendestabilisasi “seantero kawasan” serta mendukung militan dan kelompok-kelompok teroris, seperti Hamas dan pemberontak Huthi di Yaman.
“Di Yaman, Iran terus mendukung pemberontak Huthi dengan menyediakan peralatan militer, dana dan pelatihan. Ini merupakan pelanggaran resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB,” kata Pompeo.
Iran tampaknya telah mematuhi perjanjian itu sejauh ini dan menyatakan tidak akan menyetujui amendemen apapun. Menteri luar negeri Iran dan menteri luar negeri Rusia membahas situasi itu pada hari Sabtu (28/4). Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh Trump melanggar komitmen-komitmen internasionalnya.
“Selain tidak menghormati kewajibannya sendiri dan semua komitmennya, ia menetapkan persyaratan baru yang tidak proporsional, yang tidak dapat diterima sama sekali bagi rakyat Iran,” kata Zarif.
Apabila Trump tidak mengukuhkan kembali kepatuhan Iran terhadap perjanjian nuklir tersebut pada 12 Mei, Amerika Serikat dapat memberlakukan lagi sanksi-sanksi terhadap Iran.
Selama lawatannya ke Timur Tengah, Pompeo menyerukan persatuan di kalangan sekutu-sekutu Amerika di kawasan ini untuk mendukung sanksi-sanksi tersebut. [uh/lt]