Berbicara di Brookings Institution, Kerry mengutuk serangan Palestina selama berbulan-bulan terhadap warga Israel serta pembangunan pemukiman yang terus dilakukan Israel di tanah yang direncanakan untuk negara Palestina.
“Solusi satu negara bukan solusi sama sekali bagi Israel sebagai negara Yahudi yang aman dan demokratis yang hidup dalam damai,” katanya. “Itu bukan solusi yang dapat bertahan.”
Ia mengatakan satu kemungkinan akibatnya adalah hilangnya pasukan keamanan Palestina dan perlunya Israel menempatkan ribuan pasukan di Tepi Barat untuk mengisi ke-vakum-an.
Kerry telah membuat perdamaian Israel-Palestina salah satu prioritas utamanya, tetapi proses tersebut berantakan bulan April tahun 2014 tanpa persetujuan. Palestina marah oleh pembangunan pemukiman yang diteruskan Israel, sementara Israel menentang pemerintah persatuan Palestina yang mengikutkan kelompok militan Hamas. Perang 50 hari di Gaza yang menewaskan lebih dari 2.100 orang Palestina, sebagian besar dari mereka kaum sipil, mengokohkan pertentangan antara kedua pihak. Banyak tentara Israel tewas dalam perang itu, serta beberapa kaum sipil.
“Saya telah banyak berbicara dengan kedua pihak dalam 3 tahun ini, dan saya sangat mengetahui tingkat perasaan saling tidak percaya antara kedua pihak yang sangat mendalam,” kata Kerry hari Sabtu.
Ia juga menggambarkan pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang kata Kerry berbicara dengan sangat cemas mengenai keputus-asaan yang dirasakan orang Palestina. [gp]