Ia mengatakan pertemuan di Swiss dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan beberapa negara Timur Tengah hari Sabtu telah menghasilkan “beberapa gagasan yang perlu segera ditindaklanjuti.” Ia tidak merinci gagasan tersebut.
Pembicaraan di Lausanne itu berlangsung kurang dari dua pekan setelah Washington menangguhkan pembicaraan bilateral dengan Moskow menyusul ambruknya gencatan senjata rapuh di Aleppo. Kerry mengatakan kepada wartawan bahwa para perunding “bekerja sangat keras” untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di kota yang dicabik perang itu.
Amerika Serikat dan mitra-mitra koalisinya menuduh pemerintah presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutu-sekutu Rusianya melancarkan pengeboman maut yang membabi buta di Aleppo Timur yang dikuasai pemberontak.
Para pemantau menyatakan serangan udara serta gempuran artileri Rusia dan Suriah telah menewaskan ratusan warga sipil di kota itu, dan membuat lebih dari 250 ribu warga lainnya tidak mendapat pasokan yang sangat dibutuhkan sejak September lalu.
Para diplomat Rusia sendiri menegaskan bahwa serangan-serangan itu menarget anggota kelompok ekstremis. Mereka berulang kali menyalahkan Washington yang gagal memisahkan para anggota ekstremis dari kelompok pemberontak yang lebih besar yang dan warga sipil kota itu.
Hari Sabtu, pasukan oposisi Suriah, yang didukung serangan udara Turki dan kendaraan lapis baja, melancarkan ofensif di Suriah Utara untuk memperebutkan Dabiq, kota penting di perbatasan, dari kelompok ekstremis ISIS.
Para pemantau dari Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris menyatakan pasukan itu berhasil merebut beberapa daerah strategis di dekat Dabiq hari Sabtu. Gempuran bom yang hebat dilaporkan terjadi sementara pasukan itu bersikap-siap bertempur kurang dari dua kilometer dari pusat kota tersebut. [uh]