Tautan-tautan Akses

Menlu AS: Pembicaraan Tentang Denuklirisasi Semenanjung Korea Berada pada Jalurnya


Menlu AS Mike Pompeo saat mengunjungi pasukan koalisi di pangkalan udara militer di Bagram, Afghanistan, Senin, 9 Juli 2018.
Menlu AS Mike Pompeo saat mengunjungi pasukan koalisi di pangkalan udara militer di Bagram, Afghanistan, Senin, 9 Juli 2018.

Terlepas dari pernyataan-pernyataan negatif yang dilontarkan oleh Korea Utara tentang kunjungan terakhir Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, diplomat tertinggi Amerika itu mengatakan pembicaraan dengan negara komunis yang terisolasi itu masih berada pada jalurnya. Pompeo mengatakan komitmen denuklirisasi yang dibuat oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kepada Presiden Donald Trump telah diperkuat, meskipun Korea Utara mengecam posisi AS “seperti gangster” dan "patut disesalkan.”

Berbicara di Kabul, Afghanistan, hari Senin (9/7) ketika melanjutkan tur diplomatiknya, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, masih menjawab dengan tangkas berbagai pertanyaan apakah kunjungannya ke Korea Utara membuahkan hasil yang nyata.

“Kami masih menghadapi jalan panjang yang mesti dilewati, tetapi komitmen yang dibuat oleh Korea Utara – terus terang – yang dibuat secara pribadi oleh Ketua Kim kepada Presiden Trump tetap berlaku, dan telah diperkuat.”

Melalui cuitan di Twitter, Presiden Trump mengatakan dia yakin Kim Jong-un akan menghormati apa yang disebutnya “kontrak” yang mereka tandatangani. Para pakar mengatakan dua pernyataan yang saling bertentangan yang muncul dari pertemuan Pompeo – yakni Amerika yang menyatakan optimisme, dan Korea Utara menyebut pertemuan itu ‘disesalkan’ – kemungkinan merupakan prosedur negosiasi standar bagi Pyongyang.

James McKeon dari Center for Arms Control and Nonproliferation, lembaga penelitian non-partisan nasional di Washington, D.C., yang memiliki misi meningkatkan perdamaian dan keamanan, adalah salah seorang pakar yang berpendapat demikian.

“Korea Utara jelas-jelas sedikit menunda prosesnya. Pihak Amerika mendorong pembongkaran secepatnya program nuklir negara itu, yang sayangnya tidak realistis saat ini. Jadi, kita menyaksikan negosiasi kini berlangsung,” jelasnya.

Para analis mengatakan sulit untuk menemukan jalan keluar yang cepat untuk setiap negosiasi mengenai senjata nuklir dan bahwa Menteri Pompeo mungkin memerlukan bantuan kekuatan untuk apa yang mungkin merupakan proses yang panjang.

James McKeon dari Center for Arms Control and Nonproliferation menambahkan, “Saat ini, Menteri Luar Negeri Pompeo tampaknya menjadi pemimpin negosiasi, tetapi sebagai menteri luar negeri, dia memiliki banyak peran yang mesti diurusnya di seluruh dunia. Jadi, menjadikan Menteri Luar Negeri Pompeo sebagai orang yang bertanggung jawab, tetapi mendelegasikan tugas kepada seorang diplomat karir yang benar-benar memahami situasi Korea Utara dan dapat memimpin di lapangan merupakan gagasan yang sangat, sangat baik.”

McKeon mengatakan yang paling utama adalah bahwa Amerika dan Korea Utara terus berbicara satu sama lain, untuk mengatasi masalah-masalah pelik, termasuk definisi yang jelas tentang apa yang dimaksudkan oleh masing-masing pihak ketika mereka mengatakan “denuklirisasi.”

Dalam pertemuan antara Trump dan Kim bulan lalu di Singapura, Korea Utara menjanjikan “denuklirisasi menyeluruh” di Semenanjung Korea, tetapi tidak memberikan rincian tentang bagaimana dan kapan hal itu akan dilakukan.

Dalam Kunjungannya ke Pyongyang baru-baru ini, Pompeo berharap untuk menekan Korea Utara agar mulai bertindak dengan jadwal untuk mengakhiri program nuklirnya dan menyampaikan rincian tentang bagaimana verifikasi mengenai tindakan itu dapat dilakukan. [lt/ab]

XS
SM
MD
LG