Menteri Luar Negeri China menyerukan stabilitas dan penindakan keras terhadap aktivitas kriminal lintas batas di sepanjang perbatasan negaranya dengan Myanmar. Ia mengatakan itu dalam kunjungan yang tidak biasa ke kawasan yang bergejolak tersebut pada hari Selasa (2/5).
Perbatasan sepanjang 2.129 kilometer itu melewati pegunungan berhutan lebat dan telah lama dikenal sebagai jalur penyelundupan narkoba ke China dari wilayah “Segitiga Emas,” yakni tempat bertemunya perbatasan Laos, Myanmar dan Thailand.
PBB mengatakan produksi opium di Myanmar semakin marak sejak militer merebut kekuasaan pada tahun 2021. Budi daya tanaman candu naik sepertiga dalam setahun terakhir sementara upaya pemberantasan menurun dan ekonomi yang goyah memaksa semakin banyak orang beralih ke perdagangan narkoba.
Dalam kunjungannya, Menteri Luar Negeri Qin Gang mengatakan Partai Komunis setempat dan departemen-departemen pemerintah, Tentara Pembebasan Rakyat, polisi dan badan-badan sipil harus bersatu dalam “memperkuat sistem pertahanan perbatasan.”
Qin menyerukan perbaikan dalam “memelihara perbatasan yang jelas dan stabil, dan menindak keras aktivitas kriminal lintas perbatasan.”
“Penting untuk mengoordinasikan manajemen perbatasan, pembangunan perdagangan perbatasan, dan hubungan bilateral,” kata Qin sebagaimana dikutip dalam siaran pers kementeriannya.
Pertempuran antara militer Myanmar dan kelompok-kelompok etnis bersenjata juga sesekali berkobar di perbatasan, mengirim pengungsi dan sesekali tembakan mortir ke arah China.
China berusaha untuk mempertahankan kontak dengan semua pihak, meskipun negara itu dikritik karena menyatakan dukungan tegas bagi junta setelah mengatakan bahwa China akan mendukung Myanmar “tidak peduli betapapun situasinya berubah.”
Myanmar dilanda kekerasan sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih pimpinan Aung San Suu Kyi. Pengambilalihan itu menghadapi tentangan besar-besaran dari masyarakat, yang ditumpas dengan kekuatan mematikan oleh pasukan keamanan. Tentangan itu akhirnya memicu perlawanan bersenjata yang meluas.
Terlepas dari berbagai tantangan keamanan, China telah berusaha untuk mendorong perdagangan legal antara kedua pihak dan baru-baru ini membuka kembali perlintasan perbatasan setelah menutupnya selama 1.000 hari lebih sebagai bagian dari langkah pengendalian COVID-19 yang ketat.
Dalam kunjungannya ke perlintasan Wanding-Ruili, Qin mempromosikan konsep koridor ekonomi China-Myanmar untuk membantu bisnis dan pembangunan lainnya di kedua sisi perbatasan, kata Kementerian Luar Negeri. [uh/lt]
Forum